
Gerak Perak Datar, Terjepit Inflasi dan Kenaikan Suku Bunga

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga perak dunia menguat tipis pada perdagangan pagi hari ini karena risiko inflasi meningkat setelah harga minyak dunia kembali tembus US$ 120/barel.
Pada Kamis (24/3/2022) pukul 09:19 WIB harga perak di pasar spot tercatat US$ 25,08/ons, menguat 0,07% dibandingkan harga penutupan kemarin.
Harga minyak mentah yang melonjakmembuat kemungkinan resesi terjadi lagi kian meningkat. Triliuner Carl Icahn memberikan peringatan tersebut.
Kemarin,harga minyak mentah jenis Brent melonjak 5,3% menjadi US$ 121,6 per barel, sedangkan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melesat 2,32% ke level US$ 114,35 per barel.
"Saya pikir kemungkinan terjadinya resesi sangat besar, bahkan bisa lebih buruk lagi," kata Icahn, dalam acara "Closing Bell Overtime"CNBC International, Selasa (22/3).
Icahn mengatakan inflasi yang sangat tinggi menjadi ancaman bagi utama bagi perekonomian, dan Perang Rusia - Ukraina menambah ketidakpastian yang ada. Hal ini menguntungkan aset safe haven sebagai tempat lindung nilai aset
Inflasi tinggi mendukung logam mulia seperti perak dan tidak akan hilang dalam waktu dekat. Namun ada risiko kenaikan imbal hasil obligasi membatasi kenaikan logam mulia dan bisa membuat lajunya menjadi sideways.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar pun terus menguat hingga menyentuh 2,41% yang menjadi level tertinggi sejak Mei 2019.
Inflasi di Amerika Serikat kini berada di level tertinggi dalam 40 tahun terakhir, yang membuat bank sentral AS (The Fed) akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini. The Fed pada pekan lalu sudah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%, dan berencana menaikkan 6 kali lagi masing-masing 25 basis poin di tahun ini.
Namun, ketua The Fed, Jerome Powell, membuka peluang kenaikan lebih agresif lagi. Pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 66% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Mei. Selain itu, bank investasi Goldman Sachs bahkan melihat The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Mei dan Juni.
Suku bunga merupakan salah satu 'musuh' utama perak, ketika suku bunga di AS naik maka daya tarik perak sebagai aset tanpa imbal hasil akan menurun. Selain itu, opportunity cost berinvestasi perak juga akan mengalami peningkatan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Omicron Masih Jadi Momok, Harga Perak Naik