Emasku Sayang, Emasku Malang...
Jakarta, CNBC Indonesia -Harga emas kembali jatuh bahkan terancam terus melemah. Pada Rabu (23/3/2022) pukul 14:30 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.918,54/troy ons. Melemah 0,15% dari hari sebelumnya.
Pada perdagangan kemarin, harga emas juga ditutup melemah 0,75% di US$ 1.921,44/troy ons. Padahal, harga sang logam mulia sempat naik pada perdagangan awal pekan ke US$ 1.935.95/troy ons.
Wang Tao, Analis Pasar Reuters mengatakan harga emas kemungkinan akan melemah dan berada di kisaran US$ 1.891-1.903/troy ons. Pelemahan harga emas merupakan kelanjutan dari tren penurunan yang berawal dari pelemahan di titik US$ 2.069,89 pada 8 Maret lalu.
Titik resisten emas ada di US$ 1.929/troy ons, pergerakan ke atas dari titik tersebut bisa membawa emas pada kisaran harga US$ 1.941-1.948/troy ons.
Pekan lalu, harga emas sempat naik pada Rabu (16/3/2022) dan terus menguat pada perdagangan Kamis (17/3/2022) hingga ditutup di US$ 1.942,64/troy ons. Namun, emas melemah pada perdagangan Jumat (18/3/2022) ke US$ 1.921,09/troy ons. Dalam sepekan emas sudah terkoreksi -0,5% tetapi dalam sebulan masih naik 0,6% dan 11% dalam setahun.
"Fakta bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga 0,5% dibandingkan proyeksi sebelumnya 0,25% membuat harga emas turun. Namun, situasi Rusia-Ukraina kemungkinan menjaga harga emas," Bob Haberkorn, market strategist senior RJO, dikutip dari Reuters.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan The Fed akan menerapkan kebijakan "segera" seiring melonjaknya inflasi Amerika Serikat. Dia juga memberi sinyal bahwa bank sental AS akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bps.
"Jika kami menyimpulkan saatnya untuk bergerak lebih agresif dengan menaikkan suku bunga dana federal lebih dari 25 basis poin pada pertemuan lainnya, kami akan melakukannya," tutur Powell di acara National Association for Business Economics, Selasa (22/3), dikutip dari Reuters.
Stance hawkish Powell tersebut diyakini akan mendorong kenaikan imbal hasil (yield) surat utang pemerintah Amerika Serikat. Sebaliknya, hal itu akan menjatuhkan harga emas karena emas tidak menawarkan imbal hasil.
Meskipun keputusan The Fed akan sangat menentukan harga emas tetapi pergerakan harga komoditas tersebut juga masih dipengaruhi konflik Rusia-Ukraina. Jika konflik semakin memanas, harga emas bukan tidak mungkin akan kembali melambung.
"Meskipun harga emas berfluktuasi sekarang ini tetapi asset manager tetap memasukkan emas sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan perlambatan ekonomi," tutur Ole Hansen, analis dari Saxo Bank, seperti dikutip Reuters.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)