Analisis Teknikal

IHSG Koreksi Wajar, tapi Awas Bisa Lanjut Turun di Sesi 2

Tri Putra, CNBC Indonesia
Rabu, 23/03/2022 12:48 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona merah dengan pelemahan 0,18% di level 6.988,51 pada sesi I perdagangan hari ini, Rabu (23/3/2022).

IHSG dibuka menguat 0,14% di level 7.010,84 dan sempat tembus 7.022,04 sebagai level tertingginya pada perdagangan intraday. Namun setelah itu indeks langsung ambles dan bergerak di zona merah. Level terendah IHSG hari ini berada di 6.979,87.

Koreksi yang terjadi pada IHSG sejatinya wajar mengingat kemarin indeks sudah tembus level 7.000 dan mencetak rekor all time high level untuk level penutupan.


Meski indeks terkoreksi, asing masih getol memburu saham-saham domestik. Di pasar reguler asing net buy Rp 183 miliar.

Bursa saham Asia bergerak mixed hingga siang ini. Indeks Nikkei dan Hang Seng memimpin penguatan dengan apresiasi masing-masing 2,77% dan 1,73%.

Bersama dengan IHSG, indeks Shang Hai Composite harus rela terkoreksi 0,14%. Dini hari tadi tiga indeks saham acuan Wall Street kembali ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones naik 0,74% disusul S&P 500 yang naik 1,13% dan Nasdaq Composite melesat 1,95%.

Pasar saham AS masih mampu menguat meskipun imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS mengalami kenaikan yang tajam.

Yield obligasi pemerintah AS 10 tahun terpantau naik 10 basis poin (bps) dan sekarang berada di level 2,41%.

Setelah terkoreksi di sesi I, bagaimana arah pergerakan IHSG di sesi II nanti? Berikut ulasan teknikalnya.

Analisis Teknikal

Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode jam (hourly) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).

Jika melihat level penutupan IHSG di sesi I dan indikator BB, tampak bahwa indeks bergerak mendekati level support terdekat di 6.967.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

Grafik: IHSG 1 Jam
Foto: Refinitiv

Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. RSI cenderung bergerak turun dan di sesi I menyentuh level 57,2.

Apabila menggunakan indikator teknikal lain yakni Moving Average Convergence Divergence (MACD), tampak garis EMA 12 meski masih berada di atas EMA 26 tetapi gap-nya menyempit (konvergen), ditambah lagi bar histogram bergerak turun.

Jika melihat indikator teknikal maka ada peluang IHSG berpeluang terkoreksi di sesi II. Indeks kembali berpotensi menguji level support 6.967. Apabila level ini tertembus maka indeks berpeluang menguji level support selanjutnya di 6.900.

Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Israel Vs Iran Bikin Harga Minyak Naik & Bursa Saham "Ambyar"