Fed Makin "Galak" Kerek Suku Bunga, Rupiah Melemah Tipis Saja
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) yang bisa lebih agresif lagi dalam menaikkan suku bunga di tahun ini membuat rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Selasa (22/3).
Meski demikian, pelemahan rupiah tidak terlalu besar, 0,13% ke Rp 14.356/US$, dengan rentang pergerakan tipis di kisaran Rp 14.340/US$ - Rp 14.360/US$.
Tipisnya pergerakan rupiah juga tercermin dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang tidak jauh berbeda sore ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Selasa (22/3) pukul 8:56 WIB | Kurs Selasa (22/3) pukul 15:02 WIB |
1 Pekan | Rp14.332,8 | Rp14.330,8 |
1 Bulan | Rp14.347,0 | Rp14.345,0 |
2 Bulan | Rp14.359,8 | Rp14.356,8 |
3 Bulan | Rp14.378,0 | Rp14.372,6 |
6 Bulan | Rp14.461,8 | Rp14.452,4 |
9 Bulan | Rp14.560,3 | Rp14.544,8 |
1 Tahun | Rp14.673,3 | Rp14.646,8 |
2 Tahun | Rp15.094,0 | Rp15.023,0 |
Tidak hanya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga melemah pada hari ini. Hingga pukul 15:03 WIB, hanya rupee India, won Korea Selatan dan baht Thailand yang mampu menguat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Yen menjadi mata uang yang terburuk dengan pelemahan 0,82%, sebabnya selisih suku bunga di Amerika Serikat dan Jepang yang bisa semakin melebar. Sebabnya, bank sentral Jepang kemungkinan tidak akan menaikkan suku bunga hingga tahun depan.
Pada pekan lalu, bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%.
Bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan di akhir tahun nanti suku bunga akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunganya di tahun ini.
Dalam dot plot yang dirilis, sebanyak 10 anggota Komite Kebijakan Moneter (Federal Open Market Committee/FOMC) melihat suku bunga bisa dinaikkan hingga 7 kali di tahun ini, sebanyak 8 anggota lainnya bahkan melihat bisa lebih dari itu.
Dengan kenaikan sebanyak 7 kali, maka di akhir tahun ini suku bunga akan berada di kisaran 1,75% - 2%. The Fed akan melakukan 6 kali lagi rapat kebijakan moneter di 2022, artinya akan selalu ada kenaikan sebesar 25 basis poin di setiap pertemuan.
Merespon kebijakan tersebut, rupiah sebenarnya masih cukup stabil, bahkan masih mampu menguat meski tipis-tipis seperti awal pekan kemarin.
Tetapi, tekanan semakin besar setelah ketua The Fed, Jerome Powell, membuka peluang kenaikan suku bunga yang lebih agresif lagi.
Powell dalam pidatonya di hadapan National Association for Business Economics mengatakan inflasi di Amerika Serikat terlalu tinggi dan bisa membahayakan pemulihan ekonomi. Powell menegaskan akan terus menaikkan suku bunga sampai inflasi bisa terkendali, bahkan tidak menutup kemungkinan kenaikan sebesar 50 basis poin.
"Kami akan melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan stabilitas harga. Secara khusus, jika kami menyimpulkan kenaikan suku bunga lebih dari 25 basis poin tepat dilakukan, kami akan melakukannya. Dan jika kami memutuskan perlu melakukan pengetatan di luar dari kebiasaan yang normal, kami juga akan melakukannya," kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International, Senin (22/3/2022).
Pasca pidato tersebut, pelaku pasar melihat ada probabilitas sekitar 60% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan Mei. Alhasil, dolar AS menjadi lebih kuat dan menekan rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)