Duh Apes! PPN di RI Bakal Naik, Negara Lain Malah Turun
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga bahan pangan dan energi global melonjak tajam usai penyerangan Rusia ke Ukraina, akhir Februari lalu. Banyak negara kemudian memilih untuk menurunkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan bea impor yang berhubungan dengan energi dan bahan pangan untuk meredam harga dan mengurangi beban warga mereka.
Di Asia, pemerintah Jepang memberlakukan kebijakan darurat pada 27 Januari lalu untuk meringankan beban kenaikan harga-harga dan memitigasi dampak lonjakan harga energi. Pada 15 Maret 2022, kabinet Jepang juga sepakat menaikkan batas atas subsidi kepada pelaku UMKM sebesar 15 yen per liter. Peningkatan subsidi tersebut akan memakan anggaran sebesar US$ 3,03 miliar.
Sementara itu, Korea Selatan memutuskan untuk memperpanjang potongan pajak BBM hingga 20% sampai Juli tahun ini. Kebijakan tersebut diberlakukan selama enam bulan November 2021-April 2022 tetapi kemudian diperpanjang tiga bulan ke depan pada periode Mei-Juli 2022.
Dikutip dari The Korea Herald, potongan pajak hingga 20% akan membuat harga bensin lebih murah 164 won per liter atau sekitar Rp 1.936 per liter (kurs 1 KRW= 11,18 rupiah).
Sebelumnya, pemerintah memperkirakan potongan pajak BBM akan menurunkan penerimaan pajak hingga 2,5 triliun won selama enam bulan dan menekan inflasi hingga 0,33%.
Filipina mengalokasikan anggaran sebesar 2,5 miliar Peso (US$ 49 juta) untuk memberikan subsidi BBM kepada angkutan umum, termasuk kepada 87,500 pengemudi jeepney (truk penumpang moda transportasi umum yang paling populer di Filipina).
Di Malaysia, subsidi BBM kemungkinan akan mengalami kenaikan dua kali menjadi MYR 28 miliar sekitar Rp 96 triliun. Malaysia menyiapkan subsidi sebesar MYR 600 juta atau sekitar Rp 2,05 triliun pada tahun ini untuk program COSS (Program Skim Rasionalisasi Minyak Masak) yang digunakan untuk menyediakan minyak goreng bersubsidi sebanyak 60.000 ton sebulan.
Malaysia membanderol minyak goreng subsidi dengan harga MYR 2,5 atau sekitar Rp 8.850/liter (kurs 1 MYR= Rp 3,420) meskipun harga CPO sudah melambung.
Pakistan mengalokasikan US$709 juta untuk alokasi subsidi pangan kepada 20 juta warganya. Subsidi diberikan untuk membeli tepung, minyak goreng, dan pulsa.
Bangladesh dan India juga memberikan sejumlah keringanan untuk menekan kenaikan harga komoditas pangan, termasuk dengan memangkas bea impor minyak nabati.
(mae/mij)