Akhir Pekan Bursa Asia Cerah, Hanya Hang Seng-IHSG yang Lesu

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
18 March 2022 18:24
A passerby walks past an electronic board displaying a graph showing recent movement of Japan's Nikkei average outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 11, 2018. REUTERS/Issei Kato
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi dengan mayoritas menguat pada perdagangan Jumat (18/3/2022), di mana investor terus mengamati perkembangan negosiasi antara Rusia dengan Ukraina dan mengevaluasi keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kenaikan suku bunga acuan.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,65% ke level 26.827,43, Shanghai Composite China melesat 1,12% ke 3.251,07, ASX 200 Australia bertambah 0,6% ke 7.294,4, Straits Times Singapura melaju 0,45% ke 3.337,68, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,46% ke 2.707,02.

Sementara untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,41% ke level 21.412,4 dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,14% ke posisi 6.954,965.

Hang Seng melewati pekan ini bagaikan roller coaster, di mana dua hari perdagangan awal pekan ini, Hang Seng sempat ambruk hingga kisaran 4%-6%. Namun pada perdagangan Rabu dan Kamis, Hang Seng berhasil rebound dan melesat hingga kisaran 7%-9%.

Sementara itu dari Jepang, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni di level -0,1%. Hal ini terjadi di tengah tren suku bunga yang mulai meninggi di mayoritas bank sentral di negara-negara maju, termasuk di AS.

Selain menahan kembali suku bunga acuannya, BoJ juga tetap mempertahankan stimulus moneternya dengan mempertahankan imbal hasil (yield) obligasi tenor 10 tahun di dekat 0%.

Dengan kata lain, tidak ada perubahan kebijakan yang diambil bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda ini. Bahkan, sinyal untuk mengetatkan kebijakan moneter di tahun ini juga tidak ada. Sebaliknya BoJ malah memperingatkan perang Rusia dan Ukraina menimbulkan ketidakpastian yang sangat tinggi.

"Perekonomian Jepang sedang membaik menjadi tren" tulis pernyataan BoJ yang dikutip Reuters.

Menurut Reuters, pernyataan tersebut terlihat kurang optimistis dibandingkan awal tahun ini ketika menyebut "perekonomian menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang jelas".

"Dengan inflasi dan pertumbuhan upah yang tertinggal dari negara lainnya, BoJ tidak memiliki pilihan selain bersabar dan mempertahankan stimulus moneternya sampai masa jabatan Kuroda habis pada April 2023," kata Hiroshi Shiraishi, ekonom senior di BNP Paribas Securities sebagaimana dilansir Reuters.

Investor masih terus memantau perkembangan dari seputar konflik Rusia-Ukraina. Terbaru, negosiasi antara Rusia-Ukraina menunjukkan sedikit kemajuan, setelah berlangsung empat hari, di mana pasukan Rusia masih membombardir kota-kota di Ukraina.

Di lain sisi, Presiden AS, Joe Biden dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden China, Xi Jinping. Mengacu kepada Gedung Putih, kedua presiden tersebut akan mendiskusikan topik perang Rusia-Ukraina.

Investor juga masih mengevaluasi keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kenaikan suku bunga acuan.

Sebagai informasi, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp) pada Rabu waktu AS selaras dengan harapan pasar.

The Fed juga memperkirakan rencana agresif untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut sembari memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.

"Orang-orang sudah lebih nyaman dengan fakta yang suku bunga yang akhirnya naik. Ini sudah dibicarakan oleh Ketua [The Fed] (Jerome) Powell sejak awal Desember," jelas Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities, kepada Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular