Bursa Asia Dibuka Mixed, Hang Seng Balik Arah & Ambles 1%

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Jumat, 18/03/2022 08:44 WIB
Foto: Bursa Tokyo (REUTERS/Issei Kato)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Jumat (18/3/2022), di mana investor di kawasan tersebut menanti pengumuman terkait kebijakan suku bunga acuan terbaru dari bank sentral Jepang pada hari ini.

Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,2%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,79%, dan Shanghai Composite China terkoreksi 0,35%.

Sedangkan untuk indeks ASX 200 Australia dibuka menguat 0,18%, Straits Times Singapura naik 0,15%, dan KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,13%.


Dari Jepang, inflasi dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Februari lalu dilaporkan naik menjadi 0,9% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menjadi yang terbesar sejak April 2019, setelah pada Januari lalu naik 0,5%.

Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), IHK Negeri Sakura pada bulan lalu juga naik menjadi 0,4%, dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 0%.

Adapun untuk IHK inti Jepang naik 0,6% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 0,2%. Hal ini dikarenakan meningkatnya tekanan inflasi dari biaya energi dan makanan yang lebih tinggi.

Selain itu, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) akan mengumumkan kebijakan moneter dan suku bunga acuan terbarunya pada pukul 10:00 WIB.

Ekonom dalam poling Tradingeconomics memprediksi bahwa BoJ akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah yakni -0,1%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menguatnya kembali bursa saham Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis waktu setempat.

Indeks Dow Jones dan S&P 500 secara bersamaaan ditutup melesat 1,23% ke level masing-masing 34.480,76 dan 4.411,67, sedangkan indeks Nasdaq melonjak 1,33% ke posisi 13.614,78.

Pergerakan itu terjadi setelah reli dua hari besar-besaran untuk indeks saham tersebut. S&P 500 melonjak lebih dari 3% dalam dua sesi perdagangan sebelumnya, sedangkan Dow membukukan lonjakan berturut-turut lebih dari 500 poin.

Secara umum, indeks S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan Nasdaq mencatatkan persentase kenaikan tiga sesi perdagangan terbesar sejak awal November 2020.

"Kita berada di hari ketiga keuntungan potensial di sini, dan banyak investor berpikir mungkin ada 'perairan yang lebih tenang'," kata Jeff Kilburg, kepala kantor investasi Sanctuary Wealth, mengatakan kepada CNBC International.

Sebagai informasi, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) telah menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bp) pada Rabu waktu AS, selaras dengan harapan pasar.

The Fed juga memperkirakan rencana agresif untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut sembari memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini.

"Orang-orang sudah lebih nyaman dengan fakta yang suku bunga yang akhirnya naik. Ini sudah dibicarakan oleh Ketua [The Fed] (Jerome) Powell sejak awal Desember," jelas Michael James, direktur pelaksana perdagangan ekuitas di Wedbush Securities, kepada Reuters.

Selain itu, investor diyakinkan bahwa Rusia mungkin, setidaknya untuk saat ini, telah menghindari apa yang akan menjadi kasus gagal bayar alias default obligasi eksternal pertama dalam satu abad terakhir.

Hal ini karena kreditur menerima pembayaran kupon obligasi Rusia dalam bentuk dolar AS yang jatuh tempo minggu ini, kata dua sumber pasar kepada Reuters, Kamis.

Kehebohan tersebut terjadi seiring Rusia saat ini sebagian besar telah keluar dari sistem keuangan global setelah Barat mengenakan sanksi akibat perang di Ukraina. Untuk menghindari default, Rusia perlu melakukan pembayaran dalam dolar.

Di lain sisi, Presiden AS, Joe Biden pada hari ini akan berbicara dengan Presiden China, Xi Jinping di mana keduanya akan membahas topik-topik seperti perang Rusia melawan Ukraina dan persaingan antara kedua negara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel