
Proyeksi BI: Harga Rata-rata ICP US$ 86 Per Barel

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebutkan dampak perang Rusia-Ukraina terhadap kenaikan harga minyak dunia. Dimana ini juga akan berpengaruh ke harga minyak Indonesia (ICP).
Dari assessment terakhir yang dilakukan Bank Indonesia, bahkan pada Maret ini diperkirakan harga rerata ICP bisa meningkat hingga US$ 86 per barel.
"Kami perkirakan bahwa harga minyak Indonesia growth petroleum misalnya, akan mengalami kenaikan yaitu lebih tinggi secara rerata. Dirata-rata ya bukan level. Itu bisa mencapai US$ 85 - US$ 86 dolar per barel," ujarnya saat mengumumkan hasil RDG Maret, Kamis (17/3/2022).
Bahkan perkiraan rata-rata harga ICP ini jauh lebih tinggi dari hasil bacaan yang dilakukan pada Februari 2022 yang hingga US$ 70 per barel. Juga dari perkiraan ICP di APBN 2022 yang sebesar US$ 63 per barel.
"Dari asesmen kami pada RDG Februari lalu yang berkisar antara US$ 67 - US$ 70 dollar per barrel," kata dia.
Menurutnya, kenaikan harga minyak ini tentu juga akan berdampak pada harga komoditas dan pangan di dalam negeri. Namun, ia menekankan bahwa dampak ini akan tetap melihat seberapa lama ketegangan antara Rusia dan Ukraina berlangsung.
"Tentu saja dampak ini akan dipengaruhi seberapa lama eskalasi ini berlangsung, apakah sementara atau berlanjut sejalan dengan upaya-upaya solusi geopolitik yang berlangsung," pungkasnya.
Sebelumnya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mematok rata-rata ICP bulan Februari 2022 sebesar US$ 95,72 per barel, naik US$ 9,83 dari US$ 85,89 per barel pada Januari 2022.
Dengan demikian, rata-rata ICP dalam dua bulan terakhir mencapai US$ 90,81
(cha/cha)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Hidup Tenang Gubernur BI Tanpa Utang & Harta Miliaran
