
BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Cetak Hat-trick!

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) dan Bank Indonesia (BI) mengumumkan kebijakan moneter pada Kamis (17/3). Bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunganya, sementara BI masih tetap dipertahankan. Meski demikian, rupiah sukses mencatat hat-trick alias penguatan 3 hari beruntun.
Melansir data Refinitiv, rupiah langsung melesat 0,21% ke Rp 14.280/US$, bahkan sempat menyentuh Rp 14.250/US$.
Penguatan rupiah kemudian terpangkas, dan berakhir di Rp 14.300/US$ atau hanya 0,07% saja di pasar spot.
Terpangkasnya penguatan rupiah juga terlihat di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih lemah sore ini ketimbang beberapa saat sebelum pembukaan perdagangan pagi tadi.
Periode | Kurs Kamis (17/3) pukul 8:56 WIB | Kurs Kamis (17/3) pukul 15:03 WIB |
1 Pekan | Rp14.264,5 | Rp14.280,7 |
1 Bulan | Rp14.262,0 | Rp14.307,0 |
2 Bulan | Rp14.279,0 | Rp14.322,0 |
3 Bulan | Rp14.302,0 | Rp14.343,5 |
6 Bulan | Rp14.384,0 | Rp14.431,0 |
9 Bulan | Rp14.492,0 | Rp14.534,0 |
1 Tahun | Rp14.636,0 | Rp14.649,0 |
2 Tahun | Rp15.047,9 | Rp15.046,9 |
Jika dibandingkan mata uang Asia, rupiah termasuk yang terkecil penguatannya. Semua mata uang utama Asia menguat pada hari ini, menjadi indikasi sentimen pelaku pasar sedang bagus meski The Fed akan agresif menaikkan suku bunga di tahun ini.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 15:08 WIB.
Dalam pengumuman kebijakan moneter dini hari tadi, The Fed memutuskan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 0,25% - 0,5%, sesuai dengan ekspektasi pasar. Bank sentral paling powerful di dunia ini juga mengindikasikan di akhir tahun nanti suku bunga akan berada di kisaran 1,75% - 2%, artinya akan ada kenaikan suku bunga 6 kali lagi guna meredam kenaikan inflasi.
"Kami tidak akan membiarkan inflasi tinggi bercokol. Biayanya akan terlalu tinggi," kata Ketua The Fed Jerome Powell sebagaimana dilansir CNBC International.
Powell menyebut masalah rantai pasokan lebih buruk dan lebih tahan lama dari yang diharapkan. Ia mengakui bahwa inflasi kemungkinan akan memakan waktu lebih lama untuk kembali ke target The Fed 2%.
Dalam pengumuman kebijakan moneter tersebut, The Fed juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 2,8% dari 4,0% di Desember lalu.
Pemangkasan tersebut terbilang besar yang membuat pelaku pasar cemas akan risiko stagflasi yang bisa dialami Amerika Serikat, apalagi inflasi inti berdasarkan personal consumption expenditures (PCE) tahun ini malah diproyeksikan 4,1% jauh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 2,7%.
Meski demikian, tidak ada gejolak di pasar finansial global, malahan aset-aset berisiko kembali diburu, menjadi indikasi membaiknya sentimen pelaku pasar.
Sementara itu BI kembali mempertahankan suku bunga acuan. Hal ini selaras dengan perkiraan pasar.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI, dalam jumpa pers usai RDG, Kamis (17/3/2022).
BI juga kembali menegaskan jika suku bunga masih akan dipertahankan sampai ada tanda-tanda kenaikan inflasi inti.
Pengumuman tersebut masih sama dengan bulan lalu, sehingga BI mengindikasikan belum akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
