Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed-BI, Harga SBN Melemah
Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup melemah pada perdagangan Rabu (16/3/2022), jelang pengumuman hasil rapat terkait kebijakan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS).
Mayoritas investor cenderung kembali melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 3, 15, dan 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 3 tahun turun 1,4 basis poin (bp) ke level 3,586%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun turun 3,4 bp ke level 6,53, dan yield SBN berjangka waktu 25 tahun melemah 4,3 bp ke level 7,247%
Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali menguat 1,5 bp ke level 6,749%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Sentimen pasar global pada hari ini cenderung membaik ditandai dengan cerahnya bursa saham Asia-Pasifik, termasuk di dalam negeri pada hari ini dan bursa saham AS yang juga bergairah pada perdagangan Selasa kemarin.
Namun, sentimen yang membaik membuat investor di SBN kembali melepas kepemilikannya pada hari ini dan mereka cenderung beralih ke aset berisiko.
Sentimen positif datang dari harga minyak mentah dunia yang terus merosot. Sebab, penurunan tersebut akan mengurangi tekanan inflasi yang sudah sangat tinggi di negara Barat.
Harga minyak mentah yang terus menanjak dikhawatirkan akan mengakselerasi inflasi, sehingga menekan pertumbuhan ekonomi, bahkan hingga terjadinya stagflasi.
Harga minyak mentah baik jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent kini sudah di bawah US$ 100/barel. Brent pada 7 Maret lalu nyaris mencapai US$ 140/barel.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) cenderung melemah pada perdagangan hari ini, jelang pengumuman hasil rapat terkait kebijakan suku bunga bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed).
Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung turun tipis 0,2 bp ke level 2,158% pada pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Selasa kemarin di level 2,16%.
Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga cenderung melemah sebesar 1,1 bp ke level 2,492%, dari sebelumnya di level 2,503% pada perdagangan kemarin.
Investor global dan RI akan memantau hasil rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang dijadwalkan akan diumumkan pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir sebesar 25 basis poin (bp) untuk mengekang lonjakan harga atau inflasi.
Selain itu, investor di RI juga akan memantau pengumuman kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang akan dirilis pada Kamis besok sekitar pukul 14:00 WIB.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan BI-7 Day Reverse Repo Rate bertahan di 3,5%. Dari 15 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus tersebut hanya satu yang memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuan bulan ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)