Lama Tertindas, Kurs Dolar Singapura Naga-naganya Mau Naik
Jakarta, CNBC Indonesia - Sejak menyentuh Rp 10.700/US$ pada 7 Februari lalu, dolar Singapura terus merosot hingga ke kisaran Rp 10.450/SG$ kemarin. Level tersebut merupakan yang termurah sejak 24 Desember lalu.
Tetapi, di penutupan perdagangan Selasa kemarin mata uang Negeri Merlion ini malah sukses menguat tipis 0,05%, dan berlanjut lagi pada perdagangan Rabu (16/3) pagi.
Pada pukul 10:23 WIB, dolar Singapura ditransaksikan di kisaran Rp 10.490/SG$, menguat tipis 0,07% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Jika berhasil dipertahankan hingga penutupan perdagangan nanti, maka dolar Singapura akan mencatat kenaikan 3 hari beruntun, meski tipis-tipis.
Penurunan tajam sejak awal Februari tersebut tentunya menarik pelaku pasar untuk membeli dolar Singapura, apalagi ada kemungkinan Otoritas Moneter Singapura (Monetary Autorthy of Singapore/MAS) akan kembali mengetatkan kebijakan moneter bulan depan.
Pada Selasa (25/1) MAS mengejutkan pasar dengan menaikkan sedikit slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).
Kebijakan moneter, apakah itu longgar atau ketat, dilakukan dengan cara menetapkan kisaran nilai dan nilai tengah dolar Singapura terhadap mata uang negara mitra dagang utama. Kisaran maupun nilai tengah itu tidak diumbar kepada publik.
Slope berfungsi membuat penguatan/penurunan dolar Singapura lebih cepat/lambat. Ketika slope dinaikkan, maka dolar Singapura bisa menguat lebih cepat, begitu juga sebaliknya.
Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan kemiringan (slope) S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Meski sudah mengetatkan lagi kebijakan moneternya dan lebih cepat dari ekspektasi analis, MAS diperkirakan kembali akan melakukannya di bulan April, sebab pengetatan yang dilakukan pada Januari lalu dikatakan "sedikit". Apalagi MAS kemarin mengatakan masih ada risiko inflasi akan kembali menanjak.
Sebelumnya, 12 analis yang disurvei Bloomberg memperkirakan MAS akan mengetatkan kebijakan moneternya pada bulan April.
"Jika MAS mengumumkan kebijakan yang lebih agresif hari ini, maka ekspektasi pengetatan moneter di bulan April bisa diabaikan," kata Selena Ling, kepala riset dan strategi treasury OCBC, sebagaimana dikutip CNBC International, Selasa (25/1).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)