Kabar Baik Surplus Neraca Dagang, Yield Mayoritas SBN Menguat
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup melemah pada perdagangan Selasa (15/3/2022), karena investor merespons positif dari surplusnya neraca perdagangan Indonesia pada Februari lalu.
Mayoritas investor cenderung melepas SBN pada hari ini, ditandai dengan melemahnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor 25 tahun yang ramai diburu oleh investor, ditandai dengan penurunan yield dan penguatan harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor 25 tahun turun 4,6 basis poin (bp) ke level 7,29% pada perdagangan hari ini.
Sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 20 tahun cenderung stagnan di level 7,117%.
Sementara untuk SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara berbalik naik 1,1 bp ke level 6,734%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor RI pada bulan lalu sebesar US$ 16,64 miliar. Tumbuh 25,43% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan impor naik 38,53% yoy. Sementara konsensus Reuters menunjukkan angka pertumbuhan impor di 40,04% yoy.
Sebelumnya, BPS mengumumkan nilai ekspor Indonesia pada Februari 2022 sebesar US$ 20,46 miliar. Dengan demikian, neraca perdagangan masih membukukan surplus US$ 3,82 miliar. Ini membuat neraca perdagangan Tanah Air mempertahankan surplus selama 22 bulan beruntun.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan Februari 2022 surplus US$ 1,8 miliar. Sedangkan konsensus versi Reuters 'meramal' surplus neraca perdagangan di US$ 1,66 miliar.
Surplus neraca perdagangan tersebut membantu transaksi berjalan mencatat surplus di tahun 2021 lalu, menjadi yang pertama dalam 10 tahun terakhir.
Sementara itu dari Amerika Serikat (AS), yield surat utang pemerintah (Treasury) cenderung berbalik arah dan menurun pada perdagangan hari ini, di tengah sikap investor yang menanti hasil rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) terkait suku bunga acuan.
Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung turun 1,9 bp ke level 2,121% pada pukul 07:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Senin kemarin di level 2,14%.
Sedangkan yield Treasury berjatuh tempo 30 tahun juga cenderung melemah sebesar 1,2 bp ke level 2,464%, dari sebelumnya di level 2,476% pada perdagangan kemarin.
The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat poin persentase dari nol atau 25 basis poin, setelah pertemuan dua hari yang dimulai pada Selasa waktu AS.
Selain itu, The Fed juga akan merilis perkiraan terbaru tentang inflasi dan ekonomi AS. Investor akan memantau data ini dengan cermat, untuk memahami apa yang dapat dilakukan oleh The Fed untuk merespons dampak dari perang Rusia-Ukraina terhadap perekonomian global.
Diskusi diplomatik antara pejabat Rusia dan Ukraina telah digelar pada Senin kemarin dalam upaya untuk membangun ceasefire (kesepakatan yang dinegosiasikan untuk mengurangi ketegangan) yang solid dan kompromi atas permintaan Rusia terhadap Ukraina.
Tapi seperti upaya sebelumnya, putaran diskusi keempat berakhir dengan sedikit kemajuan dan akan dilanjutkan pada hari ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)