
Corona Menggila di China, Lockdown! Harga Minyak Ambruk 5%...

Dua, ada kabar baik seputar konflik Rusia-Ukraina. Pembicaraan damai terus dilakukan, sudah memasuki sesi keempat. Dialog terbaru dilakukan secara jarak jauh melalui panggilan video.
Sejauh ini belum ada kabar mengenai hasil pembicaraan tersebut. Permintaan Ukraina adalah gencatan senjata, penarikan pasukan Rusia, dan jaminan keamanan.
"Ada ekspektasi positif terhadap dialog Rusia-Ukraina. Hal ini menjadi sentimen bearish bagi harga minyak," ujar Kaushal Ramesh, Analis di Rystad Energy, seperti dikutip dari Reuters.
Jika perdamaian Rusia-Ukraina terwujud, maka ada harapan sanksi terhadap Negeri Beruang Merah akan dicabut, termasuk larangan ekpor minyak. Dengan demikian, pasokan minyak ke pasar dunia akan kembali normal sehingga harga tidak lagi 'beterbangan'.
Tiga, ada kabar kurang sedang mengenai pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) terutama di China. Provinsi Jilin di timur laut China memberlakukan karantina wilayah alias lockdown karena tingginya penyebaran virus corona, khususnya varian Omicron. Provinsi ini ditinggali oleh lebih dari 24 juta penduduk.
Apabila virus corona masih terus menyebar, maka bukan tidak mungkin lebih banyak lagi daerah di Negeri Panda yang memberlakukan lockdown. Sebab, China menerapkan kebijakan zero tolerance, tidak ada toleransi terhadap penyebaran virus corona. Begitu ada klaster penyebaran, pasti bakal ada lockdown.
Perkembangan ini akan menghambat pemulihan ekonomi China, negara dengan perekonomian terbesar kedua dunia dan nomor satu di Asia. Saat perekonomian China melambat, dampaknya pasti akan sangat terasa.
"Penyebaran virus corona di China akibat varian Omicron masih cepat sehingga menyebabkan lockdown. Ini akan mengurangi permintaan energi dunia karena China adalah negara importir minyak, gas alam, dan batu bara terbesar dunia," tulis EBW Analytics dalam risetnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
