Masih Perang & Covid di China Naik, Bursa Asia Ditutup Mixed

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
14 March 2022 16:57
A man in a business building is reflected on an electronic stock quotation board outside a brokerage in Tokyo, Japan, October 11, 2018.  REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Foto: Ilustrasi Bursa Tokyo (REUTERS/Kim Kyung-Hoon)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup beragam pada perdagangan Senin (14/3/2022), seiring investor memantau perkembangan pandemi virus corona (Covid-19) di China dan perkembangan terbaru terkait konflik Rusia-Ukraina.

Indeks Nikkei Jepang ditutup menguat 0,58% ke level 25.307,85, ASX 200 Australia melesat 1,21% ke 7.149,4, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,43% ke posisi 6.952,2.

Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong ditutup ambruk 4,97% ke level 19.531,66, Shanghai Composite China ambles 2,61% ke 3.223,53, Straits Times Singapura melemah 0,54% ke 3.232,03, dan KOSPI Korea Selatan terkoreksi 0,59% ke 2.645,65.

Indeks Hang Seng memimpin pelemahan bursa Asia-Pasifik dan ambruk nyaris 5% karena koreksi saham-saham teknologi China dan sebagai respons pasar terkait melonjaknya kembali Covid-19 di China.

Saham Tencent longsor hingga 9,79%, saham Alibaba anjlok 10,9%, dan Meituan ambruk hingga 16,84%. Indeks Hang Seng Tech pun anjlok hingga 11,03%.

Dari China, pemerintah setempat melaporkan ledakan kasus Covid-19 pada Minggu kemarin, di mana Negeri Tirai Bambu mencatat 1.807 kasus baru bergejala. Angka ini merupakan infeksi harian tertinggi dalam dua tahun. Bahkan naik tiga kali lipat jika dibandingkan dengan sehari sebelumnya.

Lonjakan terjadi di provinsi timur laut yakni Provinsi Jilin, yang mencatat 1.412 kasus baru, mendominasi 78% data nasional.

Mengutip Reuters, ibu kota Changcun juga sudah dikunci. Pengujian massal telah dilakukan dan sejumlah gedung pameran dijadikan rumah sakit sementara.

Selain Provinsi Jilin, kasus juga ditemukan di Provinsi Guandong. Shenzhen mencatat 60 kasus lokal baru.

Selain dari pandemi Covid-19 di China, investor juga masih memantau perkembangan terbaru dari perang Rusia-Ukraina. Setelah penyerangan di akhir pekan lalu yang intens di ibu kota Ukraina, Kyiv, pasukan Rusia membombardir seluruh kota dan menewaskan warga sipil yang tidak bisa dievakuasi.

Rusia juga menyerang pusat pelatihan militer Ukraina di dekat perbatasan Polandia pada Minggu (13/3), menewaskan 35 orang dan melukai 134 orang.

Dampak keuangan dari sanksi keras terhadap Rusia akan menjadi fokus yang lebih nyata dalam beberapa hari mendatang menjelang pembayaran obligasi negara.

Namun, ada sedikit kabar positif terkait konflik Rusia-Ukraina, di mana diskusi antar keduanya akan kembali digelar hari ini dalam upaya untuk membangun ceasefire (kesepakatan yang dinegosiasikan untuk mengurangi ketegangan) yang solid dan kompromi terhadap permintaan Rusia, meskipun diskusi sebelumnya telah berakhir dengan kegagalan.

Di lain sisi, investor juga akan mengamati proyeksi suku bunga acuan, inflasi dan arah ekonomi dari bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), di tengah situasi ketidakpastian yang tinggi karena tensi geopolitik yang meningkat.

The Fed diprediksi akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 0,25% pada akhir pertemuan dua harinya yang dimulai pada Selasa besok hingga Rabu waktu AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular