Ini Bukti Tidak Ada yang Takut Dengan Kenaikan Bunga The Fed

Putra, CNBC Indonesia
14 March 2022 11:40
The FED Beri Sinyal Kenaikan Suku Bunga di Maret
Foto: CNBC Indonesia TV

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks S&P 500 di Amerika Serikat yang menjadi konstituen 500 saham-saham terbesar di Negara Paman Sam mengawali tahun terburuknya sejak diserang pandemi Covid-19 Maret 2020 silam dan investor harus siap menghadapi kemungkinan kenaikan suku bunga yang akan didiskusikan pada Rabu mendatang oleh bank sentral AS Federal Reserve.

Dua tahun terakhir pasar modal AS berhasil melesat di tengah pandemi terburuk selama 100 tahun terakhir, pemilu yang paling memecah belah AS, dan ibu kota yang diserang oleh rakyat yang marah akibat hasil pemilu yang dianggap curang. Saat ini pasar menghadapi perang daratan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II dan inflasi terparah sejak 1980an.

Di tengah rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga, menarik untuk diperhatikan apakah S&P 500, yang masih hijau 90% sejak longsor 23 Maret 2020 silam, akan kehabisan bahan bakar.

Melihat dari sejarah pasar modal, apabila The Fed menaikkan suku bunga, maka pasar ekuitas akan mengalami volatilitas yang tinggi. Meski bergerak liar, bukan berarti keluar dari zona uptrend. Faktanya selama delapan kali The Fed menaikkan suku bunga sejak tahun 1983, indeks berhasil menghijau seluruhnya dicatat dari kenaikan bunga yang pertama.

Secara rata-rata sendiri selama setahun setelah The Fed menaikkan suku bunga, indeks S&P 500 berhasil menghijau 10,8% sementara rata-rata setelah 6 bulan dan 3 bulan juga menunjukkan hasil yang positif di angka 7,5% dan 2,7%.

Selama tiga dekade terakhir, setelah The Fed menaikkan suku bunga tercatat tidak berefek berat kepada pasar modal. Bahkan melihat secara sektoral saham-saham teknologi yang sudah bergerak liar selama tahun ini karena ketakutan akan kenaikan suku bunga, justru menghijau 21% pada siklus ini. Meskipun demikian secara sektoral tidak ada sektor yang mencolok memimpin apresiasi di seluruh lini.

Jadi hal apakah yang bisa menyebabkan tren kenaikan S&P 500 tersandung? Kenaikan harga minyak mentah ditambah kenaikan suku bunga. The Fed mengalami dilema yang cukup parah di tengah kenaikan harga minyak, di tambah konflik Russia dan Ukraina yang tentunya akan menyebabkan harga minyak mentah semakin melesat.

Kenaikan harga minyak mentah pernah menyebabkan melambatnya perekonomian pada tahun 1970an, 1980an, dan 1990an. Meskipun resesi lainya seperti pada tahun 2001 setelah serangan 9/11 dan krisis finansial global pada tahun 2008 tidaklah disebabkan oleh kenaikan harga minyak mentah.

Selain itu ada tantangan lain yang perlu dihadapi oleh pasar modal AS. Tantangan tersebut adalah pemilu 'pertengahan' yang akan dilakukan November ini. Pasar cenderung tak banyak bergerak di tengah ketidakpastian akan pemilu dan kebijakan-kebijakan yang dapat berubah akibat hasil pemilu.

Sejarah mencatat pemilu ini menjadi salah satu penyebab koreksi dimana S&P 500 tercatat secara rata-rata turun 17% di tengah acara demokrasi ini. Tahun 'midterm election' ini biasanya merupakan tahun terlemah dalam 4 tahun siklus kepemimpinan presiden AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pesawat Boeing 737 Jatuh Lagi, Wall Street Dibuka Variatif

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular