Kurs Dolar Singapura Makin Murah, Ada Yang Niat Borong?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pada awal Februari lalu nilai tukar dolar Singapura sedang kuat-kuatnya melawan rupiah, berada di atas Rp 10.700/SG$ yang merupakan level tertiggi sejak akhir Agustus lalu. Tetapi setelahnya mata uang Negeri Merlion ini malah terus merosot hingga kini berada di level termurah sepanjang 2022.
Pada perdagangan Senin (14/3) pukul 9:43 WIB, dolar Singapura berada di kisaran Rp 10.478/SG$, nyaris stagnan dari posisi penutupan Jumat lalu ketika merosot nyaris 1% dalam sepekan.
Sebelumnya di awal tahun ini dolar Singapura terus menanjak akibat pengetatan kebijakan moneter yang akan dilakukan Otoritas Moneter Singapura (Monetary Authority of Singapore/MAS).
Pada akhir Januari lalu, MAS lagi-lagi mengejutkan pasar dengan menaikkan slope $SNEER, begitu juga dengan lebar (width) tetapi titik tengah atau centre tidak berubah.
Untuk diketahui, di Singapura, tidak ada suku bunga acuan, kebijakannya menggunakan S$NEER (Singapore dollar nominal effective exchange rate).
Pada 14 Oktober lalu MAS juga menaikkan slope S$NEER dari sebelumnya di dekat 0%. Sementara lebar (width) dan titik tengah (centre) masih tetap.
Tetapi masa jaya dolar Singapura tidak berlangsung lama, rupiah perlahan bangkit ditopang fundamental dalam negeri yang bagus, sehingga memicu capital inflow.
Ditopang kenaikan harga komoditas neraca perdagangan Indonesia mencetak surplus 21 bulan beruntun, dan membantu transaksi berjalan Indonesia membukukan surplus sebesar US$ 1,4 miliar atau 0,4% dari produk domestik bruto (PDB) di kuartal IV-2021.
Sepanjang 2021, surplus transaksi berjalan tercatat sebesar US$ 3,3 miliar (0,3% dari PDB). Kali terakhir transaksi berjalan mencatat surplus secara tahunan yakni pada 2011 lalu.
Di tahun ini, Bank Indonesia (BI) memprediksi transaksi berjalan akan kembali defisit, tetapi sekitar 1,1% - 1,9% dari PDB. Proyeksi tersebut lebih rendah dari rata-rata defisit pada periode 2012 - 2020 sebesar 2,3% dari PDB.
BI juga memiliki cadangan devisa yang cukup besar. Per akhir Februari, Indonesia memiliki cadangan devisa sebesar US$ 141,4 miliar.
Sebagai perbandingan, saat terjadi taper tantrum akibat rencana normalisasi kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (The Fed) di tahun 2013, cadangan devisa Indonesia berada di kisaran US$ 105 miliar.
Artinya, BI punya lebih banyak "amunisi" untuk menstabilkan rupiah.
Dengan fundamental tersebut rupiah menjadi lebih stabil, sehingga memberikan kenyamanan investor asing dalam berinvestasi di dalam negeri karena risiko kerugian akibat fluktuasi kurs bisa diminimalisir.
Aliran modal pun terus masuk ke dalam negeri sejak awal tahun khususnya di pasar saham, sementara di pasar obligasi masih berfluktuasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)