Menguat 2 Hari Beruntun, Rupiah Juara di Asia!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 09/03/2022 15:37 WIB
Foto: Uang Edisi Khusus Kemerdekaan RI ke 75 (Tangkapan Layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat dua hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (9/3). Tidak sekedar menguat, rupiah bahkan menjadi yang terbak di Asia pada hari ini.

Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka rupiah langsung melesat 0,38% ke Rp 14.340/US$. Penguatan rupiah kemudian sempat terpangkas ke Rp 14.382/US$, sebelum kembali ngegas dan mengakhiri perdagangan di Rp 14.345/US$, atau menguat 0,35% di pasar spot.

Mayoritas mata uang Asia memang menguat pada hari ini, tetapi tidak ada yang lebih besar dari rupiah hingga pukul 15:03 WIB.


Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.

Rupiah sudah terlihat akan menguat sebelum perdagangan hari ini dibuka. Kurs rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) lebih kuat sebelum pembukaan ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.

Bahkan sore ini, kurs di NDF juga kembali menguat sehingga rupiah mampu mencatat penguatan cukup tajam.

PeriodeKurs Rabu (9/3) pukul 8:48 WIBKurs Rabu (9/3) pukul 15:03 WIB
1 PekanRp14.336,5Rp14.322,5
1 BulanRp14.365,0Rp14.349,0
2 BulanRp14.381,0Rp14.366,5
3 BulanRp14.423,5Rp14.392,6
6 BulanRp14.535,0Rp14.516,0
9 BulanRp14.627,0Rp14.596,0
1 TahunRp14.732,0Rp14.703,3
2 TahunRp15.271,8Rp15.222,5

Rupiah yang sepanjang perdagangan hari ini tidak pernah masuk ke zona merah membuat kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) juga menguat 0,16% ke Rp 14.371/US$.

Membaiknya sentimen pelaku pasar membuat rupiah mampu menguat, hal ini terlihat dari indeks dolar AS yang terkoreksi 0,23% ke 99,06 pada perdagangan Selasa kemarin.

Sebelumnya, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini terus menanjak hingga mencapai level tertinggi sejak Mei 2020, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini akhirnya turun 0,23% kemarin dan berlanjut 0,16% sore ini ke 98,9.

Dolar AS merupakan mata uang safe haven, sehingga penurunan indeksnya menjadi sinyal pelaku pasar lebih berani mengambil risiko, setidaknya untuk sementara sebab perkembangan situasi perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang.

Selain itu, sentimen terhadap mata uang Asia sebenarnya sudah membaik. Hal ini terlihat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.

Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.

Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.

Survei terbaru yang dirilis Kamis (24/2/2021) menunjukkan angka untuk rupiah di -0,01, berbalik dari sebelumnya 0,46.

Ini menjadi pertama kalinya pelaku pasar mengambil posisi long rupiah sejak pertengahan November tahun lalu.

Posisi long yang semakin meningkat artinya pelaku pasar semakin optimistis rupiah akan menguat ke depannya.

Hasil survei tersebut juga menunjukkan bath Thailand memimpin posisi long, disusul yuan china. Kedua mata uang itu pun sukses menguat melawan dolar AS sepanjang tahun ini.

Namun, sentimen yang positif ke mata uang Asia tersebut terganggu akibat perang Rusia - Ukraina. Survei dari Reuters dirilis di hari yang sama saat Rusia melancarkan serangan pertama ke Ukraina. Sehingga, masih belum diketahui bagaimana sentimen pelaku pasar saat ini. Survei terbaru akan dirilis pada Kamis (10/3) besok.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS