
Rupiah Top! Dolar Singapura Jeblok ke Level Termurah di 2022

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura turun lagi melawan rupiah pada perdagangan Rabu (9/2) pagi hingga menyentuh level termurah di tahun ini. Sentimen pelaku pasar yang cukup baik membuat rupiah yang sebelumnya sudah diuntungkan akibat capital inflow semakin kuat.
Melansir data Refintiv, dolar Singapura pagi ini menyentuh Rp 10.510/SG$, atau merosot 0,27% di pasar spot. Level tersebut merupakan yang termurah sejak 29 Desember tahun lalu.
Membaiknya sentimen pelaku pasar juga terlihat dari indeks dolar AS yang terkoreksi 0,23% ke 99,06 pada perdagangan Selasa kemarin. Sebelumnya, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini terus menanjak hingga mencapai level tertinggi sejak Mei 2020, indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini akhirnya turun 0,23% ke 99,06.
Dolar AS merupakan mata uang safe haven, sehingga penurunan indeksnya menjadi sinyal pelaku pasar lebih berani mengambil risiko, setidaknya untuk sementara sebab perkembangan situasi perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penggerak utama perdagangan mata uang.
Selain itu, investor asing kembali mengalirkan modalnya ke pasar saham Indonesia sejak Selasa kemarin, setelah sempat terhenti di awal pekan ini. Data pasar menunjukkan hingga pukul 10:00 WIB, investor asing melakukan beli bersih (net buy) lebih dari Rp 250 miliar di pasar reguler, nego dan tunai.
Kemarin net buy tercatat senilai Rp 570 miliar di pasar reguler dan Rp 36 miliar di pasar nego dan tunai, sehingga totalnya menjadi Rp 606 miliar.
Aliran modal yang masuk ke dalam negeri tersebut menjadi salah satu faktor yang menjaga kinerja rupiah di tahun ini, tidak hanya melawan dolar Singapura, tetapi juga melawan mata uang lainnya termasuk dolar AS.
Selain itu dari dalam negeri, cadangan devisa Indonesia naik tipis pada bulan Februari lalu setelah merosot di awal tahun ini.
Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan posisi cadangan devisa di akhir Februari 2022 sebesar US$ 141,4 miliar, naik US$ 100 juta dibandingkan akhir Januari lalu.
Kenaikan cadangan devisa tersebut bisa menjadi bekal bagi Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan nilai tukar rupiah jika mengalami gejolak di tengah tingginya risiko geopolitik akibat perang Rusia dan Ukraina, serta rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
