Cuan Cair, ANTM Dkk Nyaris ARB Saat Nikel ke US$ 100.000/ton
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten tambang nikel kompak ambles ke zona merah pada awal perdagangan hari ini, Rabu (9/3/2022). Para investor mulai merealisasikan keuntungan (profit taking) setelah saham tersebut melesat tinggi pada hari sebelumnya.
Berikut saham-saham nikel yang ambles pagi ini, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pukul 09.23 WIB.
Harum Energy (HRUM), turun -6,84%, ke Rp 11.925/unit
Aneka Tambang (ANTM), -6,69%, ke Rp 2.650/unit
Pelat Timah Nusantara (NIKL), -6,36%, ke Rp 1.030/unit
Central Omega Resources (DKFT), -6,21%, ke Rp 151/unit
Trinitan Metals and Minerals (PURE), -6,10%, ke Rp 77/unit
PAM Mineral (NICL), -5,75%, ke Rp 82/unit
Timah (TINS), -4,13%, ke Rp 1.625/unit
Vale Indonesia (INCO), -3,91%, ke Rp 6.150/unit
Menurut data HRUM anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,84% ke Rp 11.925/unit, melanjutkan ARB 6,91% pada Selasa kemarin. Pada Jumat (4/3) dan Senin (7/3) lalu, saham HRUM sempat naik 8,62% dan 9,13%.
Saham emiten pelat merah ANTM juga terkena ARB 6,69% ke Rp 2.650/unit, menghentikan reli kenaikan selama 4 hari beruntun.
Dalam sepekan, saham ini masih melesat 17,26%.
Saham TINS dan INCO juga melemah 4,13% dan 3,91% pagi ini.
Kemarin, harga nikel tiba-tiba meroket secara tak terduga.
Bahkan, hingga Selasa siang kenaikan harga nikel mencapai 110%.
Pada Selasa (8/3) pukul 13.14 WIB harga nikel tercatat di US$ 101.350/ton, naik 110,80% dibandingkan posisi sebelumnya
Sepanjang tahun 2022, harga nikel telah meroket 388% point-to-point dan mencatatkan rekor harga tertinggi sepanjang masa.
Para pelaku pasar cemas kendala pasokan nikel dunia yang saat ini terjadi diperparah oleh hukuman Rusia, salah satu produsen terbesar di dunia.Harga nikel dunia terus melaju karena para pelaku pasar khawatir sanksi yang akan diberlakukan terhadap Rusia dapat mengganggu pasokan nikel dunia.
"Konflik Rusia dan Ukraina ini hanya mengobarkan api dari pasar logam dasar yang sudah membentang," kata analis ING Wenyu Yao.
Rusia merupakan salah satu produsen nikel terbesar di dunia.Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan proyeksi produksi 250.000 ton pada 2021, mengacu dataUS Geological Survey (USGS). Jumlah ini setara dengan 9,25% produksi dunia.
Cadangan nikel Rusia mencapai 7,5 juta ton. Merupakan cadangan nikel terbesar keempat dunia dengan porsi 7,9% dari total cadangan seluruh dunia.
Potensi gangguan nikel dari Rusia hanya akan memperparah keadaan pasokan dunia yang sudah ketat.
"Nikel sudah dalam pasokan yang ketat, dan jika pemasok besar dikeluarkan dari pasar, itu akan berdampak besar dalam jangka pendek hingga menengah," kata Kunal Sawhney, chief executive officer di firma riset Kalkine.
"Lonjakan harga akan menambah tekanan lebih lanjut pada pasokan spot."
Persediaan nikel terus menyusut. Per 4 Maret 2022, cadangan nikel yang dipantau oleh bursa logam London (LME) tercatat 77.082 ton. Jumlah ini telah turun 71% dibandingkan puncak persediaan pada bulan April 2021.
"Penurunan persediaan LME yang berkelanjutan dan peningkatan masalah rantai pasokan mendorong harga kelangkaan pasar," ujar Yao.
Menanggapi lonjakan ke angkasa harga nikel, kemarin, London Metal Exchange, bursa perdagangan komoditas logam di London, Inggris, menangguhkan perdagangan, sebagaimana dikutip dari Bloomberg, Selasa (08/03/2022).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)