Rusia-Ukraina Gencatan Senjata Sementara, Bursa Asia Cerah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 09/03/2022 08:48 WIB
Foto: REUTERS/Toru Hanai

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka menghijau pada perdagangan Rabu (9/3/2022), di tengah gencatan senjata sementara antara Rusia dengan Ukraina untuk melakukan evakuasi penduduk sipil.

Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,3%, Hang Seng Hong Kong bertambah 0,44%, Shanghai Composite China terapresiasi 0,42%, Straits Times Singapura melesat 0,89%, dan ASX 200 Australia naik 0,66%.

Sementara untuk indeks KOSPI Korea Selatan pada hari ini tidak dibuka karena adanya pemilihan umum (pemilu) Presiden.


Dari Jepang, pertumbuhan ekonomi yang kuat pada kuartal IV-2021 diturunkan dalam perkiraan yang direvisi pada hari ini, karena masih mendapat tekanan dari rekor infeksi virus corona (Covid-19) pada saat itu dan kenaikan biaya energi.

Revisi data Produk Domestik Bruto (PDB) yang dirilis oleh kantor kabinet menunjukkan ekonomi Negeri Sakura tumbuh 4,6% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal IV-2021. Angka itu lebih rendah dari ekspektasi ekonom yang memperkirakan kenaikan 5,6% dan pembacaan awal sebesar 5,4% yang dirilis pada bulan lalu.

Sedangkan secara kuartalan (quarter-to-quarter/QoQ), PDB Jepang meningkat 1,1%, jauh dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 1,4%.

Konsumsi swasta, yang menyumbang lebih dari setengah PDB Jepang meningkat 2,4% pada kuartal IV-2021, jauh lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang tumbuh minus 0,9%.

Bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat pada hari ini berlawanan arah dengan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang masih terkoreksi pada perdagangan Selasa kemarin waktu setempat.

Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,56% ke level 32.632,64, S&P 500 merosot 0,72% ke posisi 4.170,67, dan Nasdaq terkoreksi 0,28% ke 12.795,55.

Perkembangan situasi perang Rusia dan Ukraina masih menjadi penggerak utama pasar saham global pada hari ini, meski investor mulai berfokus pada inflasi global.

Terbaru, Rusia mengumumkan gencatan senjata dengan Ukraina pada Selasa malam waktu setempat. Hal ini dilakukan untuk mengevakuasi penduduk sipil.

Sebagaimana dilaporkan AFP dari kantor berita Rusia, gencatan senjata akan dimulai Rabu pagi pukul 10.00 waktu setempat.

Di lain sisi harga minyak mentah dunia kembali melonjak pada perdagangan Selasa waktu AS, di mana harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) melompat 4% menjadi US$ 124 per barel setelah NBC melaporkan bahwa pemerintah AS menyiapkan aturan yang melarang impor minyak asal Rusia pada hari ini juga.

Sementara itu, harga minyak acuan global jenis Brent lompat 3,4% ke US$ 127,36/barel. Pada Senin, harga WTI sempat menyentuh level psikologis US$ 130 sementara Brent sempat menyentuh angka US$ 139.

"Konflik Rusia-Ukraina, lonjakan harga komoditas, kecemasan inflasi, dan outlook bank sentral AS [The Federal Reserve/The Fed] memicu ketakutan mengenai resesi yang kian intensif secara cepat dan pasar saham terbanting keras," tutur Chris Senyek, Kepala Perencana Investasi Wolfe Research, dalam laporan riset yang dikutip CNBC International.

Kenaikan harga minyak dan komoditas lainnya memicu kecemasan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat. Di tengah inflasi tinggi, investor pun kian tak yakin dengan situasi yang ada.

Bahkan, mereka khawatir bahwa beberapa negara besar akan kembali dilanda stagflasi, di mana ekonomi melambat tetapi inflasi tetap melaju lebih tinggi.

Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS (US Treasury) tenor 10 tahun yang menjadi acuan pasar kembali melesat, hingga 10 basis poin (bp) ke 1,85%. Kenaikan yield mengindikasikan harga yang tertekan karena permintaan aset minim risiko, yakni obligasi pemerintah menurun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/vap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bursa Asia Anjlok Usai Trump Umumkan Tarif Impor Jepang-Korsel