Harga Nikel US$100.000/Ton, Vale Pastikan Tak Genjot Produksi
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Vale Indonesia Tbk (INCO) mengungkapkan tidak akan meningkatkan target produksi nikel matte pada tahun ini meski di tengah lonjakan harga nikel yang "gila-gilaan" di pasar saat ini.
Laju harga nikel dunia tak terbendung. Bahkan, hingga siang hari ini, Selasa (08/03/2022), kenaikan harga nikel mencapai 110%.
Pada Selasa (08/03/2022) pukul 13.14 WIB, harga nikel tercatat di US$ 101.350 per ton, naik 110,80% dibandingkan posisi sebelumnya.
Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan, perusahaan masih menargetkan produksi nikel matte pada 2022 ini sekitar 65 ribu ton, sama seperti yang telah ditetapkan perusahaan sejak awal tahun.
"Rencana produksi masih akan mengikuti rencana awal karena kita sedang membangun ulang satu tanur," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Selasa (08/03/2022).
Dia mengatakan, pembangunan ulang satu tanur alias 'kompor' smelter ini tetap dilaksanakan seperti rencana dan diperkirakan berlangsung sampai akhir Mei 2022 mendatang.
Seperti diketahui, pembangunan ulang tanur tersebut telah dilakukan sejak pertengahan Desember 2021 lalu dan berlangsung sekitar lima bulan. Akibatnya, satu dari empat tanur yang ada harus dihentikan operasionalnya.
Irmanto menegaskan, meski harga tengah melonjak tinggi, namun perusahaan tidak akan mengompromikan keselamatan produksi. Menurutnya, keselamatan operasional tetap menjadi prioritas perusahaan.
"Kami tidak akan mengompromikan keselamatan produksi walaupun harga nikel sedang tinggi. Bagi kami, keselamatan operasional jauh lebih penting," tegasnya.
Seperti diketahui, Vale mencatatkan produksi nikel matte sebesar 65.388 ton pada 2021, turun 9,5% dibandingkan produksi pada 2020 yang sebesar 72.237 ton. Sementara penjualan nikel matte pada 2021 sebesar 66.615 ton, turun 8,5% dari 72.846 ton pada 2020.
Sementara harga realisasi rata-rata pada 2021 tercatat sebesar US$ 14.309 per ton, melonjak 36% dari 2020 yang sebesar US$ 10.498 per ton.
Adapun laba bersih Vale pada 2021 tercatat sebesar US$ 165,8 juta, naik dua kali lipat dibandingkan 2020 yang sebesar US$ 82,8 juta.
(wia)