
Lawan Rupiah, Kurs Dolar Australia Jungkir Balik!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia kemarin sempat menguat tajam melawan rupiah hingga menyentuh Rp 10.700/AU$ yang merupakan level tertinggi dalam 4 bulan terakhir. Tetapi tidak bertahan lama, dolar Australia malah berbalik menurun dan tercatat merosot 0,6%.
Jungkir baliknya dolar Australia masih berlanjut pada perdagangan Selasa (8/3), pada pukul 12:27 WIB diperdagangkan di kisaran Rp 10.485/AU$, atau melemah 0,5%.
Kenaikan tajam dolar Australia belakangan ini hingga kemarin menyentuh Rp 10.700/AU$ dipicu ekspektasi bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) akan menaikkan suku bunga di tahun ini, sebab inflasi udah mencapai target, dan perekonomian semakin membaik.
Pasar finansial bahkan memprediksi RBA bisa menaikkan suku bunga di awal Juni.
Selain itu meroketnya harga komoditas juga mendongkrak kinerja dolar Australia. Harga bijih besi, komoditas ekspor utama Australia mencapai level tertinggi 6 bulan di US$ 156/ton setelah mencatat kenaikan 5 hari beruntun dengan total 8%.
Harga batu bara bahkan naik jauh lebih tajam. Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 435/ton. Naik 6,87% dari hari perdagangan sebelumnya.
Sebagai eksportir terbesar kedua setelah Indonesia, lonjakan harga batu bara tersebut tentunya akan meningkatkan pendapatan negara.
Selain itu, perekonomian Australia tentunya akan berputar lebih kencang.
Sejak awal tahun 2000an, perekonomian Australia ditopang oleh "commodity boom" yakni kenaikan tajam harga komoditas. Investasi di sektor pertambangan pun semakin masif, sebelum akhirnya meredup sejak tahun 2014.
Sejak tahun lalu, "commodity boom" kembali terjadi, perekonomian Australia kemungkinan akan berputar lebih kencang lagi.
Namun, memburuknya sentimen pelaku pasar serta melihat posisinya di level tertinggi 4 bulan membuat dolar Australia diterpa aksi ambil untung (profit taking) yang membuat nilainya turun.
Di sisi lain, rupiah kembali kuat pada hari ini sebab aliran modal kembali masuk ke dalam negeri. Di pasar saham, investor asing tercatat kembali melakukan net buy sebesar Rp 518 miliar di pasar reguler, dan lebih Rp 3 miliar di pasar nego dan tunai sehingga totalnya menjadi lebih dari Rp 521 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Libas Semua Dolar, Rupiah Terbaik di Asia Lagi!
