Tarik Cuan Dulu, Saham Batu Bara Anjlok Berjamaah
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara ambles ke zona merah pada lanjutan sesi I perdagangan hari ini, Selasa (8/3/2022). Investor mulai merealisasikan keuntungan (profit taking) setelah saham-saham tersebut melesat dalam beberapa hari terakhir.
Berikut saham-saham batu bara yang melemah per pukul 10.40 WIB, mengacu pada data Bursa Efek Indonesia (BEI).
Indika Energy (INDY), turun -6,80%, ke Rp 2.740/unit
Bumi Resources (BUMI), -5,00%, ke Rp 57/unit
Harum Energy (HRUM), -4,36%, ke Rp 13.150/unit
Adaro Energy Indonesia (ADRO), -3,70%, ke Rp 3.120/unit
Mitrabara Adiperdana (MBAP), -3,65%, ke Rp 3.960/unit
Adaro Minerals Indonesia (ADMR), -3,45%, ke Rp 1.630/unit
ABM Investama (ABMM), -3,49%, ke Rp 1.796/unit
United Tractors (UNTR), -2,83%, ke Rp 26.575/unit
Bukit Asam (PTBA), -2,76%, ke Rp 3.520/unit
Indo Tambangraya Megah (ITMG), -2,74%, ke Rp 29.250/unit
Perdana Karya Perkasa (PKPK), -2,55%, ke Rp 191/unit
Alfa Energi Investama (FIRE), -2,04%, ke Rp 384/unit
Menurut data di atas, saham INDY anjlok hingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) 6,80%. Kendati demikian, dalam sepekan saham INDY masih melesat 22,87%.
Saham BUMI juga 'longsor' hingga minus 5,00%, setelah naik dalam 2 hari terakhir. Dalam seminggu saham ini masih naik 3,70%.
Saham HRUM dan ADRO juga merosot 4,36% dan 3,70% pagi ini. Dalam seminggu belakangan, kedua saham tersebut sudah naik 6,72% dan 28,16%.
Sementara, harga batu bara naik lagi. Harga si batu hitam kian nyaman di level US$ 400/ton.
Kemarin, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) ditutup di US$ 435/ton. Naik 6,87% dari hari sebelumnya dan menyentuh rekor tertinggi setidaknya sejak 2008.
Ini membuat harga batu bara naik selama dua hari beruntun. Dalam dua hari tersebut, harga melonjak 21,35%.
Kabar dari Indonesia sepertinya menjadi pengerek harga batu bara. Tahun ini, produsen punya target produksi 663 juta ton, tetapi target itu mungkin akan sulit terpenuhi.
Hendra Sinadia, Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI), mengatakan sejak awal 2022 pemerintah Indonesia memantau ketat pelaksanaan kewajiban pemenuhan batu bara dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO). Ini belajar dari pengalaman bahwa pembangkit listrik nasional sempat mengalami krisis pasokan batu batu bara.
Pemerintah, lanjut Hendra, benar-benar memonitor pelaksanaan DMO. Produsen yang tidak patuh dikenakan sanksi larangan ekspor.
"Kami mendengar sudah ada beberapa pembeli, bahkan sejumlah kedutaan besar di Eropa mencoba memfasilitasi (ekspor) dengan perusahaan di Indonesia. Namun produsen sepertinya belum siap untuk memenuhi permintaan tersebut," kata Hendra, seperti dikutip dari Reuters.
Hendra berpandangan target produksi 663 juta ton terlalu optimistis. Sebagai catatan, target itu naik hampir 8% dari tahun lalu.
Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut produksi pada Januari dan Februari 2022 diperkirakan 74,41 juta ton. Di bawah periode yang sama pada 2021 yaitu 92,79 juta ton.
Padahal, posisi Indonesia sangat strategis di pasar batu bara dunia. Indonesia adalah eksportir terbesar batu bara termal.
Pada 2019, ekspor batu bara Indonesia mencapai 455 juta ton. Lumayan jauh di atas Australia di peringkat kedua dengan 393 juta ton.
Jadi kalau pasokan dari Indonesia sampai terhambat, maka pasar batu bara global akan sangat terpengaruh. Tidak heran harga komoditas ini melesat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/adf)