Analisis Teknikal

Ada "Palang Kematian" & White Marubozu, Awas Rupiah Terpuruk

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
08 March 2022 08:15
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,14% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.405/US$ awal pekan kemarin, dan berisiko berlanjut pada perdagangan hari ini, Selasa (8/3). Sebabnya, sentimen pelaku pasar yang memburuk, membuat dolar AS yang menyandang status safe haven menjadi favorit investasi.

Indeks dolar AS hingga Senin kemarin sudah melesat dalam 3 hari beruntun dan berada di level tertinggi sejak Mei 2020. Indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini kemarin melesat 0,65% ke 99,29.

Perang Rusia dan Ukraina sudah mulai menunjukkan dampaknya ke perekonomian global, yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk.

Harga komoditas meroket terus meroket, sektor energi yang paling menjadi sorotan.

Harga minyak mentah jenis Brent kemarin nyaris mencapai US$ 140/barel untuk pertama kalinya dalam 13 tahun terakhir. Harga batu bara terbang tinggi ke atas US$ 400/ton yang menjadi rekor tertinggi sepanjang masa. Begitu juga dengan gas alam yang terus menanjak hingga ke rekor tertinggi. 

Kenaikan harga komoditas energi tersebut tentunya berisiko mengakselerasi inflasi di negara Barat, yang sudah tinggi dan di beberapa negara lainnya.

Alhasil, perekonomian ekonomi global diperkirakan akan terpukul. Berdasarkan CNBC Rapid Update, yang melakukan survei terhadap 14 analis menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melambat menjadi 3,2% di tahun ini, dibandingkan proyeksi bulan Februari sebesar 3,5%.

Namun, para analis tersebut memperingatkan masih belum diketahui bagaimana respon perekonomian AS terhadap lonjakan harga minyak mentah.

Eropa diperkirakan akan lebih terpukul lagi. Barcalys memangkas produk domestik bruto (PDB) Benua Biru menjadi 3,5% dari sebelumnya 4,1%. JP Morgan bahkan memangkas proyeksinya hingga 1% menjadi 3,2%.

Dalam kondisi tersebut mata uang safe haven seperti dolar AS, yen Jepang dan franc Swiss diperkirakan akan mengalami penguatan.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.

Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.

Tekanan bagi rupiah semakin besar setelah membentuk pola White Marubozu pada perdagangan Rabu (2/3).

Suatu candle stick dikatakan membentuk pola White Marubozu ketika harga open sama dengan low dan close sama dengan high.

White Marubozu merupakan sinyal nilai suatu aset akan kembali bergerak naik, secara psikologis menunjukkan aksi beli mendominasi pasar.

idrFoto: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Sementara itu indikator Stochastic pada grafik harian sudah berada di wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Rupiah kini berada di kisaran resisten Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$. Penembusan ke atas level tersebut akan membawa rupiah melemah menuju Rp 14.450/US$, sebelum menuju Rp 14.500/US$ di pekan ini.

Sementara jika kembali ke bawah Rp 14.400/US$, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.380/US$ hingga Rp 14.360/US$. Support selanjutnya berada di kisaran Rp 14.335/US$ hingga Rp 14.330/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular