Perang Bikin Harga Minyak Meroket! Sudah Nyaris US$ 130/Barel

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2022 08:10
Potret Demo Tolak Perang di Kedubes Rusia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Potret Demo Tolak Perang di Kedubes Rusia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melesat pada perdagangan pagi ini. Harga si emas hitam pun mencatat rekor baru.

Pada Senin (7/3/2022) pukul 07:34 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 128,99/barel. Melonjak 9,21% dari posisi akhir pekan lalu dan merupakan yang tertinggi sejak Juli 2008.

Sementara yang jenis light sweet harganya US$ 125,01/barel. Meroket 9,24% dan juga rekor tertinggi sejak Juli 2008.

Setidaknya ada dua sentimen yang melambungkan harga emas. Pertama tentu perang Rusia vs Ukraina.

Serangan Rusia ke Ukraina membuat berbagai negara meradang. Negeri Beruang Merah pun terancam berbagai sanksi, salah satunya larangan ekspor termasuk minyak.

Padahal Rusia berperan penting di pasar minyak dunia. Ekspor minyak Rusia mencapai sekitar 7 juta barel/hari, sementara produksinya menyumbang 7% dari total pasokan dunia.

Riset Bank of America menyebut tanpa minyak dari Rusia, pasokan di pasar dunia akan seret. Akibatnya, harga minyak sangat mungkin bisa menyentuh US$ 200/barel. Sedangkan JP Morgan memperkirakan harga minyak bisa mencapai US$ 185/barel.

"Sanksi di sini bukan Rusia tidak boleh mengekspor, tetapi menghukum siapa saja yang berani membeli minyak dari Rusia. Semakin lama ini terjadi maka gangguan terhadap rantai pasok global akan semakin parah," kata Daniel Yergin, Vice Chairman S&P Global, seperti dikutip dari Reuters.

Faktor kedua adalah perkembangan perjanjian nuklir antara Iran dan negara-negara Barat. Masalahnya, salah satu negara Barat di sini adalah Rusia.

Moskow meminta syarat kesepakatan bisa tercapai kalau tetap bisa menjual barang ke Iran. Amerika Serikat (AS) tidak mau menuruti permintaan ini.

"Dua hal ini (konflik Ukraina dan kesepakatan nuklir) adalah hal yang berbeda, tidak terhubung satu sama lain. Jadi saya rasa (permintan Rusia) tidak relevan," tegas Anthony Blinken dalam wawancara bersama CBS.

Teheran punya pandangan yang berbeda. Iran menilai dua hal yang disebut Blinken masih bisa dijembatani.

"Sangat penting untuk memahami apa yang diinginkan Moskow. Jika permintaan mereka dikaitkan dengan perjanjian nuklir, maka tidak sulit untuk dicari solusinya. Namun menjadi sulit jika permintaan Rusia meluas ke hal-hal di luar kesepakatan nuklir," ungkap salah seorang pejabat teras di pemerintahan Iran, seperti dikutip dari Reuters.

Awalnya, ada harapan kesepakatan nuklir bisa segera tercapai. Dengan begitu, maka berbagai sanksi yang dikenakan kepada Iran bisa dicabut, salah satunya larangan membeli minyak dari Iran.

Dengan demikian, minyak dari Iran akan masuk ke pasar dunia. Jumlahnya kurang lebih sekitar 1 juta barel/hari.

Akan tetapi, harapan itu untuk sementara harus dipendam dulu. Tanpa minyak dari Rusia dan Iran, pasokan global akan semakin terbatas sehingga sangat wajar harga melejit.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular