Perang Bikin Harga Minyak Meroket! Sudah Nyaris US$ 130/Barel

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 March 2022 08:10
Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat (File/REUTERS)
Foto: Ilustrasi bendera Iran dan Amerika Serikat (File/REUTERS)

Faktor kedua adalah perkembangan perjanjian nuklir antara Iran dan negara-negara Barat. Masalahnya, salah satu negara Barat di sini adalah Rusia.

Moskow meminta syarat kesepakatan bisa tercapai kalau tetap bisa menjual barang ke Iran. Amerika Serikat (AS) tidak mau menuruti permintaan ini.

"Dua hal ini (konflik Ukraina dan kesepakatan nuklir) adalah hal yang berbeda, tidak terhubung satu sama lain. Jadi saya rasa (permintan Rusia) tidak relevan," tegas Anthony Blinken dalam wawancara bersama CBS.

Teheran punya pandangan yang berbeda. Iran menilai dua hal yang disebut Blinken masih bisa dijembatani.

"Sangat penting untuk memahami apa yang diinginkan Moskow. Jika permintaan mereka dikaitkan dengan perjanjian nuklir, maka tidak sulit untuk dicari solusinya. Namun menjadi sulit jika permintaan Rusia meluas ke hal-hal di luar kesepakatan nuklir," ungkap salah seorang pejabat teras di pemerintahan Iran, seperti dikutip dari Reuters.

Awalnya, ada harapan kesepakatan nuklir bisa segera tercapai. Dengan begitu, maka berbagai sanksi yang dikenakan kepada Iran bisa dicabut, salah satunya larangan membeli minyak dari Iran.

Dengan demikian, minyak dari Iran akan masuk ke pasar dunia. Jumlahnya kurang lebih sekitar 1 juta barel/hari.

Akan tetapi, harapan itu untuk sementara harus dipendam dulu. Tanpa minyak dari Rusia dan Iran, pasokan global akan semakin terbatas sehingga sangat wajar harga melejit.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular