Harga Nikel Terbang, Cuan Jumbo di Saham ANTM-TINS Cs

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Jumat, 04/03/2022 10:41 WIB
Foto: Presiden Jokowi Resmikan Pabrik Smelter Nikel PT. GNI, Kab. Konawe, 27 Desember 2021

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten produsen nikel kompak melaju kencang pada lanjutan sesi I perdagangan, Jumat (4/3/2022). Harga komoditas nikel yang menyentuh level tertinggi sejak lebih dari satu dekade silam turut membuat harga saham produsennya melejit.

Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), berikut saham-saham nikel yang naik, pukul 10.24 WIB.

  1. Harum Energy (HRUM), naik +6,25%, ke Rp 12.325/unit


  2. PAM Mineral (NICL), +5,56%, ke Rp 76/unit

  3. Timah (TINS), +5,35%, ke Rp 1.675/unit

  4. Aneka Tambang (ANTM), +5,24%, ke Rp 2.410/unit

  5. Central Omega Resources (DKFT), +4,88%, ke Rp 129/unit

  6. Vale Indonesia (INCO), +2,86%, ke Rp 5.400/unit

  7. Pelat Timah Nusantara (NIKL), +1,60%, ke Rp 955/unit

  8. Trinitan Metals and Minerals (PURE), +1,33%, ke Rp 76/unit

Saham emiten milik pengusaha Kiki Barki HRUM melesat 6,25%. Selain didorong sentimen harga nikel yang melonjak, saham HRUM juga 'disetrum' sentimen kenaikan harga batu bara yang kini berada di level US$$ 358,45/ton.

Saham NICL juga melesat 5,56% ke Rp 76/unit, rebound dari koreksi dalam 2 perdagangan terakhir.

Duo emiten pelat merah, TINS dan ANTM, juga masing-masing melesat 5,56% dan 5,35%.

Khusus ANTM, dalam sebulan belakangan sudah melejit 34,83%, mencoba ke level 2.400 dan sejak awal tahun (ytd) naik 6,67%.

Menurut data London Metal Exchange (LME), pada Rabu (3/3), harga nikel berada di level US$ 28.178/ton, level tertinggi sejak awal 2011. Harga nikel sudah berlari kencang sejak 3 hari terakhir.

Adapun, sejak awal tahun (ytd), harga nikel melesat 35,75%.

Harga nikel semakin memperkuat tren kenaikannya setelah konflik antara Rusia dan Ukraina semakin memanas sejak 24 Februari lalu.

Rusia adalah produsen produk nikel primer terkemuka di dunia, seperti nikel olahan yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik (EV).

Mengacu data Statista, Rusia adalah produsen nikel terbesar nomor 3 di dunia dengan produksi 280.000 ton pada tahun 2020.

"Aktivitas seperti itu kemungkinan besar didorong oleh ingatan dari terakhir kali sanksi terhadap Rusia menghantam pasar logam dasar," kata analis senior Commodity Insights Jason Sappor dalam laporan 28 Februari, dikutip S&P Global.

Asal tahu saja, pada 2018, sanksi yang diberikan pada perusahaan aluminium Rusia UC RUSAL mendorong LME untuk menghentikan pengiriman dan penggunaan logam bermerek Rusal, yang turut menyebabkan harga aluminium melonjak.

Secara historis, dari Januari hingga November 2021, sebagian besar produk nikel kelas 1 Rusia dikirim ke China dan Belanda, yang masing-masing menerima 37% dari ekspor, menurut International Nickel Study Group. Kemudian, Jerman menerima sekitar 16% dari ekspor nikel kelas 1 Rusia selama periode yang sama.

Persediaan nikel yang dipantau oleh bursa logam London (LME) pada 28 Februari 2022 tercatat 79.524 ton. Jumlah ini turun 70% dibandingkan puncak persediaan pada April 2021.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Ramal Nasib Rupiah-Pasar SBN Saat Perang Memanas & Bunga Ditahan