Waspada Gengs! Dana Asing Rp 25 T Bisa Menguap Dalam Sekejap
Jakarta, CNBC Indonesia - Dana asing yang masuk melalui pembelian bersih atawa net buy memang sangat deras. Nilai net buy sepanjang pekan ini saja sudah mencapai Rp 4,15 triliun di seluruh pasar.
Jika diakumulasikan sejak awal tahun, net buy asing di seluruh pasar sudah mencapai Rp 25,72 triliun. Namun, ada potensi dana yang sudah masuk ini menguap dalam sekejap.
Potensi tersebut ada seiring dengan kewaspadaan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed merespon dampak perang antara Rusia dan Ukraina.
Ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell menilai, perang kedua negara adalah game changer. Bukan hanya untuk perekonomian AS, tapi juga dunia.
"Ada peristiwa yang akan datang dan kita tidak tahun apa dampaknya terhadap perekonomian AS," kata Powell di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR, pada Rabu (2/3).
Meroketnya harga komoditas akibat perang tersebut berisiko memicu inflasi yang semakin tinggi. Hal ini membuat The Fed dan bank sentral lainnya bisa agresif dalam menaikkan suku bunga. Powell juga membuka lebar kemungkinan tersebut.
"Kami akan berhati-hati saat mempelajari implikasi perang di Ukraina terhadap perekonomian. Kamu memiliki ekspektasi inflasi akan mencapai puncaknya kemudian turun di tahun ini. Jika inflasi malah semakin tinggi atau lebih persisten, kami akan bersiap untuk menaikkan suku bunga lebih agresif dengan menaikkan suku bunga lebih dari 25 basis poin pada satu atau beberapa pertemuan," kata Powell.
Untuk saat ini, Powell mendukung kenaikan sebesar 25 basis poin di bulan ini. Namun, jika nantinya The Fed lebih agresif dalam menaikkan suku bunga, maka ada risiko pasar finansial global akan mengalami gejolak, termasuk Indonesia.
Masalahnya, pasar finansial saat ini sudah price-in kenaikan suku bunga sebesar 100 hingga 125 basis poin di tahun ini. Jika lebih dari itu, risiko terjadinya gejolak tentunya semakin besar.
Ada risiko terjadi capital outflow dari pasar obligasi Indonesia, kemudian nilai tukar rupiah bisa merosot. Dengan kepemilikan asing di pasar obligasi saat ini yang di bawah 20%, capital outflow diperkirakan tidak akan besar, selain itu fundamental Indonesia yang cukup bagus juga diperkirakan bisa menahan tekanan dari agresivitas The Fed. Tetapi, volatilitas jangka pendek tentunya tidak akan terhindarkan.
(pap/dhf)