
Bursa Asia Berjatuhan Lagi, Hang Seng Sudah Ambruk 2% Lebih

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka terkoreksi pada perdagangan Jumat (4/3/2022), karena investor kembali khawatir dengan terus memanasnya konflik antara Rusia dengan Ukraina.
Indeks Nikkei Jepang dibuka merosot 0,77%, Hang Seng Hong Kong ambruk 2,54%, Shanghai Composite China melemah 0,61%, Straits Times Singapura terkoreksi 0,73%, KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,49%, dan ASX 200 Australia ambles 1,41%.
Dari Korea Selatan, data inflasi pada Februari 2022 dilaporkan kembali meningkat. Inflasi Negeri Ginseng dari sektor konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) bulan lalu meningkat menjadi 3,7%, dari sebelumnya pada Januari lalu sebesar 3,6%.
IHK Korea Selatan pada bulan lalu lebih tinggi dari perkiraan ekonomi dalam polling Reuters yang memperkirakan kenaikan 3,5%.
Bahkan, IHK Korea Selatan makin mendekati angkat tertingginya dalam satu dekade terakhir yang pernah tercatat pada November 2021, yakni di level 3,8%.
Rincian data menunjukkan biaya minyak melonjak 19,4%, sedangkan sewa perumahan dan makan di luar ruangan masing-masing meningkat 2,1% dan 6,2% secara tahunan (year-on-year/YoY).
"Ketidakstabilan harga kemungkinan akan berlanjut di sektor energi dan barang-barang industri yang terus-menerus mengalami kenaikan harga," kata Park Sang-hyun, ekonom di Hi Investment & Securities, dikutip dari Reuters.
Bursa Asia-Pasifik yang kembali terkoreksi pada hari ini terjadi karena investor kembali khawatir dengan terus memanasnya konflik antara Rusia dengan Ukraina. Seperti halnya pasar saham global, volatilitas bursa Asia-Pasifik dalam sepekan terakhir juga masih cukup tinggi.
Pergerakan bursa Asia-Pasifik pada hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) yang kembali terkoreksi pada perdagangan Kamis kemarin waktu setempat.
Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,29% ke level 33.794,66, S&P 500 terkoreksi 0,53% ke posisi 4.363,49, dan Nasdaq masih cukup parah yakni ambruk 1,56% menjadi 13.537,94.
Kekhawatiran pelaku pasar kembali terjadi setelah adanya laporan bahwa pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Ukraina terbakar akibat pertempuran sengit antara Rusia dengan Ukraina. PLTN Zaporizhzhia diklaim sebagai fasilitas energi terbesar di benua Eropa.
Situasi di Ukraina memburuk dengan cepat dan laporan dari negara tersebut masih sulit untuk dikonfirmasi.
"Sentimen risiko tetap rapuh dan sangat dipengaruhi oleh berita utama Rusia-Ukraina. Selain itu, kabar dari bank sentral Amerika Serikat yang tampaknya berkomitmen untuk menaikkan suku bunga juga memperberat sentimen pasar," kata Tapas Strickland, ekonom di National Australia Bank, dilansir dari CNBC International.
Namun, perundingan antara Rusia dan Ukraina kembali berlanjut. Meski belum menemukan kata damai, tetapi kedua negara memiliki sikap yang sama terkait perlunya "koridor kemanusiaan" yang kemungkinan dilakukan dengan gencatan senjata sementara.
CNBC International melaporkan negosiator dari Ukraina mengatakan kedua belah pihak mencapai saling pengertian untuk mengevakuasi warga sipil. Hal senada juga diungkapkan negosiator Rusia.
"Menteri Pertahanan Rusia dan Ukraina sudah setuju untuk mempertahankan koridor kemanusiaan, dan kemungkinan gencatan senjata sementara di area koridor kemanusiaan selama periode evakuasi warga sipil," kata kepala negosiator Rusia, Vladimir Mendinsky, sebagaimana diwartakan oleh CNBC International.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
