Ubah Bisnis, Eks Emiten Sawit Saratoga Cetak Laba Jumbo

Aldo Fernando, CNBC Indonesia
Kamis, 03/03/2022 14:20 WIB
Foto: Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Candali Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu anak usaha Grup Saratoga, PT Provident Agro Tbk (PALM), kembali mencatatkan laba bersih dengan nilai jumbo di tahun 2021.

Berdasarkan laporan keuangan tahunan yang diaudit perseroan, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 2,01 triliun.

Apabila dibandingkan dengan tahun 2020, laba bersih PALM hanya naik 1,04% secara year on year (yoy). Namun yang menarik adalah secara nominal laba bersih perseroan tergolong jumbo jika dibandingkan dengan pendapatannya maupun ekuitasnya.


Untuk diketahui, pada tahun fiskal 2021, PALM berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 316,7 miliar. Top line PALM naik 33% yoy. Di saat yang sama Harga Pokok Penjualannya (HPP) juga naik 5% yoy menjadi Rp 166,5 miliar.

Alhasil laba bruto PALM tercatat sebesar Rp 150,1 miliar atau naik 87% yoy di 2021. Beban usaha PALM naik 52% yoy menjadi Rp 75,9 miliar sehingga operating profit PALM tercatat mencapai Rp 74,2 miliar atau masih tumbuh 145% yoy.

Laba bersih ini juga sangat jumbo apabila dibandingkan dengan ekuitas perusahaan yang 'hanya' sebesar Rp 5,83 triliun. Alhasil, tercatat Return on Equity (RoE) perusahaan berada di kisaran 34,57%.

Lantas dari mana laba bersih yang mencapai Rp 2,01 triliun tadi berasal? Jawabannya adalah dari pos pendapatan lain-lain bersih.

Pada pos tersebut PALM mencatatkan pendapatan bersih senilai Rp 2 triliun. Hal ini diakibatkan karena dampak dari perubahan nilai wajar investasi pada instrumen ekuitas yang mencapai Rp 2,02 triliun.

Apabila dirunut ke laporan keuangan neraca (balance sheet), tercatat pos investasi mengalami kenaikan dari Rp 3,37 triliun pada 2020 menjadi Rp 5,39 triliun pada tahun lalu.

Jika dikurangkan maka didapat angka Rp 2,02 triliun tadi. Usut punya usut, PALM lewat anak usahanya yaitu PT Suwarna Artha Mandiri (SAM) tercatat menggenggam saham emiten milik Grup Saratoga yang lain yaitu PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) sebanyak 6,05% atau setara dengan 1,39 miliar saham.

Jika aset tersebut diukur berdasarkan nilai pasar per 30 Desember 2021 dengan harga Rp 3.890/saham maka diperoleh nilai investasi PALM lewat SAM di MDKA memang mencapai Rp 5,39 triliun.

Kenaikan ini juga sejalan dengan peningkatan harga saham MDKA sepanjang tahun 2021. Harga saham MDKA terpantau mengalami peningkatan sebesar 60% sepanjang tahun lalu.

Menariknya lagi, sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit, PALM justru tidak memiliki persediaan, aset biologis maupun bibitan.

Hal ini dikarenakan PALM telah menjual 100% anak usahanya yang bergerak di bidang industri perkebunan tersebut yakni PT Mutiara Agam (MAG) kepada pihak ketiga yakni PT Global Indo Bersaudara dan PT Lambang Jaya Agroperkasa.

Mengacu pada laporan keuangan yang dipublikasikan, sebuah perusahaan yang awalnya bergerak di bidang industri perkebunan tetapi menjual aset produktifnya dan di dalamnya ada aset berupa perusahaan tambang emas, ini berarti menunjukkan bahwa perusahaan sedang berusaha untuk mengubah arah bisnisnya.

Memang pihak manajemen PALM mengamini, bahwa untuk saat ini perseroan mantap merombak bisnis modelnya menjadi perusahaan investasi.

Merespons rilis laporan keuangan PALM pada akhir Februari lalu dan rencana transformasi bisnis yang dilakukan, pasar bereaksi positif dan harga saham PALM pun melesat menyentuh level auto reject atas (ARA) 25% di Rp 875/saham pada perdagangan kemarin (02/03).

Bahkan antrean di level ARA mencapai 132.534 lot atau setara dengan Rp 11,5 miliar sehingga kemungkinan besar saham PALM akan dibuka melanjutkan kenaikan pada perdagangan besok, paling tidak pada awal perdagangan.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(adf/adf)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Yang Bisa Dilirik Saat Perang & Suku Bunga Ditahan