
Untung Rupiah Libur, Mata Uang Asia Cenderung Melemah Nih!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang utama Asia bergerak cenderung melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (3/3/2022). Rupiah pada hari ini tidak diperdagangkan di pasar spot seiring libur peringatan Hari Raya Nyepi.
Melansir data dari Refinitiv, pukul 10.23 WIB, hanya 3 mata uang Asia yang perkasa di hadapan dolar AS. Baht Thailand menjadi yang paling menguat, yakni 0,12%.
Sementara, dolar Singapura menjadi yang paling melemah, yakni sebesar 0,15%.
Yen Jepang juga melemah 0,11% terhadap greenback Paman Sam seiring kabar Ketua bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, mengisyaratkan bank sentral mengurangi peluang kenaikan suku bunga 50 basis poin (bps).
Kinerja Mata Uang Asia terhadap Dolar AS Hari Ini (3/3)
Mata Uang | Kurs Terakhir | % Perubahan |
USD/THB | 32.47 | -0.12 |
USD/MYR | 4.1900 | -0.10 |
USD/CNY | 6.3185 | -0.04 |
USD/HKD | 7.8141 | 0.02 |
USD/TWD | 28.032 | 0.06 |
USD/PHP | 51.460 | 0.08 |
USD/JPY | 115.63 | 0.11 |
USD/SGD | 1.3553 | 0.15 |
USD/IDR | 14,385 | - |
Sumber: Refinitiv |Kamis (3/3), pukul 10.23 WIB
Powell mengatakan dia cenderung mendukung kenaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan Maret, memadamkan beberapa kekhawatiran pelaku pasar tentang potensi kenaikan suku bunga yang lebih agresif.
"Dilihat dari testimoni [Powell] ... itu cukup sejalan dengan pandangan kami bahwa the Federal Reserve akan menaikkan suku bunga pada pertemuan berikutnya," kata Bipan Rai, kepala strategi valuta asing Amerika Utara di CIBC Capital Markets, di Toronto, kepada Reuters.
Mengutip Fxstreet, sentimen untuk Yen lainnya adalah anggota dewan kebijakan moneter Bank of Japan (BOJ) Junko Nagaya mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis, "prospek ekonomi Jepang tetap sangat tidak pasti mulai Januari dan seterusnya."
Sementara, indeks mata uang dolar AS , yang melacak kinerjanya terhadap enam mata uang utama, naik sedikit 0,12% ke 97,50.
Selain sentimen di atas, menurut ahli strategi mata uang di DailyFX Margaret Yang, perang Ukraina yang sedang memanas akan mengurangi prospek pemulihan ekonomi global dan meningkatkan kekhawatiran tentang stagflasi yang berpotensi membebani mata uang Asia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(adf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mata Uang Asia Sikat Dolar AS, Apa Kabar Rupiah?