Ekonomi AS Diprediksi Pulih, Rupiah Tersungkur!
Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan kurs rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah sebanyak 0,35% ke Rp 14.385/US$ hari ini (2/3/2022), Mata Uang Garuda pun menjadi yang terlemah performanya di Asia.
Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah berada di zona merah setelah kemarin sempat perkasa. Dengan begitu, rupiah telah mengalami pelemahan secara mingguan sebanyak 0,03%. Performa dolar AS memang sedang menguat sebanyak 0,21% di pasar spot.
Pada pukul 15:00 WIB, rupiah menjadi nilai tukar mata uang di Asia yang terendah performanya terhadap dolar AS. Rupee India terkoreksi 0,4% setelah merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) yang jauh di bawah ekspektasi pasar.
Menurut ahli strategi mata uang di DailyFX Margaret Yang, bahwa perang Ukraina yang sedang memanas akan mengurangi prospek pemulihan ekonomi global dan meningkatkan kekhawatiran tentang stagflasi yang tentunya membebani rupiah karena Indonesia merupakan negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN.
Kembalinya si 'greenback' dipicu oleh imbal hasil (yield) obligasi yang pulih kemarin setelah mengalami penurunan selama 8 pekan, di mana investor memprediksikan bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya pada bulan ini. Yield obligasi tenor 10 tahun naik ke 1,7541% dari 1,711% dan tenor 2 tahun tumbuh ke 1,3725% dari 1.305%.
Kenaikan yield obligasi pemerintah AS menjadi momok bagi pasar keuangan global sehingga membuat instrument lain menjadi tidak menarik.
Kemarin, Presiden AS Joe Biden memerintahkan perusahaan-perusahaan untuk memproduksi lebih banyak kendaraan bermotor dan semikonduktor agar AS menjadi lebih mandiri dan tidak bergantung dengan impor sebagai cara untuk memerangi inflasi.
Aktivitas manufaktur di AS meningkat lebih dari yang diperkirakan pada bulan Februari sebab penyebaran Covid-19 mereda, meskipun perekrutan karyawan di pabrik tetap lambat. Institute for Supply Management (ISM) mengatakan bahwa prospek manufaktur selama dua bulan ke depan menguntungkan karena pertumbuhan pesanan yang melonjak.
Indeks aktivitas pabrik nasional meningkat menjadi 58,6 di Februari dari 57,7 pada Januari dan menjadi angka terendah sejak November 2020. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi di bidang manufaktur dan menyumbang 11,9% untuk ekonomi AS. Namun, survey ISM tersebut dilakukan sebelum konflik Rusia memanas hari ini.
Analis pasar memproyeksikan ekonomi AS akan tetap tumbuh dan solid tahun ini, walaupun lebih sedikit jika dibandingkan dengan tahun lalu sebab tahun 2021 merupakan pertumbuhan yang tertinggi sejak 1984. Desember lalu, pejabat The Fed memperkirakan PDB tumbuh 4% di tahun ini.
Kemarin, perangkat FedWatch milik CME Group menunjukkan bahwa investor masih memprediksikan kenaikan suku bunga acuan sebanyak 50 bp, tapi penetapan ini dapat berubah-ubah jika inflasi melambat atau situasi Ukraina teratasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)