
Jeblok ke Level Terendah 6 Pekan, Dolar Singapura Naik Juga!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Singapura kemarin merosot 0,4% melawan rupiah ke Rp 10.556/SG$ yang merupakan level penutupan perdagangan terendah dalam 6 pekan terakhir. Melihat posisi tersebut ditambah dengan memburuknya sentimen pelaku pasar yang tidak menguntungkan bagi rupiah, dolar Singapura akhirnya bangkit.
Pada perdagangan Rabu (3/2) pukul 12:52 WIB, dolar Singapura diperdagangkan di kisaran Rp 10.572/SG$, menguat 0,15% di pasar spot, melansir data Refintiv.
Memburuknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah konvoi besar pasukan Rusia dilaporkan mendekati ibu kota Kyiv.
Foto kamera satelit yang diambil oleh perusahaan Maxar Technologies AS menunjukkan konvoi besar pasukan Rusia menuju Kyiv. Panjang konvoi tersebut sekitar 65 kilometer, yang memicu kekhawatiran jatuhnya ibu kota Ukraina.
Wakil Perdana Menteri Inggris, Dominic Raab, mengatakan akan melakukan apa saja guna mencegah "Fall of Kyiv". Pasukan Rusia kini dikabarkan berada 17 mil dari Kyiv, tetapi masih belum diketahui secara pasti seberapa cepat serangan militer akan dilakukan.
Sementara kemarin, rupiah perkasa setelah rilis data dari dalam negeri.
Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan di bulan Februari justru terjadi deflasi secara bulanan.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto melaporkan terjadi deflasi atau penurunan indeks harga konsumen sebesar 0,02% pada bulan lalu dibandingkan Januari 2022 (month-on-month/mtm). Ini adalah deflasi pertama sejak September 2021.
Sementara dibandingkan Februari 2021 (year-on-year/yoy), terjadi inflasi 2,06%, turun dari bulan sebelumnya 2,18%. Kemudian inflasi inti sebesar 2,03% (yoy) naik dari bulan sebelumnya 1,84%.
Kenaikan inflasi inti tersebut menjadi kabar bagus sebab menunjukkan kenaikan harga item yang tidak volatil, sehingga ada indikasi daya beli masyarakat meningkat.
Selain itu, capital inflow yang besar juga menjaga kinerja rupiah. Di pasar saham kemarin investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) lebih dari Rp 1,6 triliun di pasar reguler, nego dan tunai.
Seolah tak peduli dengan perang antara Rusia dan Ukraina, investor asing terus memborong saham di dalam negeri.
Lazimnya, ketika sentimen pelaku pasar memburuk maka aset-aset berisiko akan dihindari. Tetapi sepanjang pekan lalu investor asing tercatat melakukan net buy Rp 4,11 triliun di pasar reguler, nego dan tunai. Sementara dalam satu bulan net buy tercatat sebesar Rp 17,59 triliun.
Sementara itu dari lelang obligasi, penawaran yang masuk (incoming bids) pada lelang yang dilakukan kemarin mengalami penurunan menjadi Rp 61,5 triliun, meski mengalami penurunan dibandingkan 15 Februari lalu sebesar Rp 76,8 triliun.
Jumlah yang dimenangkan oleh pemerintah mencapai Rp 19 triliun, lebih rendah dari target indikatif yang ditetapkan pemerintah sebelumnya sebesar Rp 23 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ekonomi Singapura Tumbuh Tinggi, Dolarnya Makin Mahal dong?
