Awas Risiko "Fall of Kyiv" Bisa Bikin Rupiah Jeblok!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 March 2022 08:35
Warga melintas di depan toko penukaran uang di Kawasan Blok M, Jakarta, Jumat (20/7). di tempat penukaran uang ini dollar ditransaksikan di Rp 14.550. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin melemah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah sukses menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.335/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Sepanjang perdagangan rupiah bahkan tidak sempat mencicipi zona merah.

Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak menyurutkan niat investor asing mengalirkan modalnya ke Indonesia. Duit triliunan rupiah kembali masuk ke dalam negeri, membuat Mata Uang Garuda perkasa.

Di pasar saham kemarin investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) lebih dari Rp 1,6 triliun di pasar reguler, nego dan tunai.

Seolah tak peduli dengan perang antara Rusia dan Ukraina, investor asing terus memborong saham di dalam negeri.

Lazimnya, ketika sentimen pelaku pasar memburuk maka aset-aset berisiko akan dihindari. Tetapi sepanjang pekan lalu investor asing tercatat melakukan net buy Rp 4,11 triliun di pasar reguler, nego dan tunai. Sementara dalam satu bulan net buy tercatat sebesar Rp 17,59 triliun.

Di pasar obligasi juga sama. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan menunjukkan sepanjang bulan lalu hingga 24 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, sekitar Rp 10,34 triliun.

Jika capital inflow tersebut berlanjut pada hari ini, Rabu (2/3) ada peluang rupiah kembali menguat, walaupun akan berat sebab sentimen pelaku pasar sedang memburuk lagi setelah konvoi besar pasukan Rusia dilaporkan mendekati ibu kota Kyiv.

Foto kamera satelit yang diambil oleh perusahaan Maxar Technologies AS menunjukkan konvoi besar pasukan Rusia menuju Kyiv. Panjang konvoi tersebut sekitar 65 kilometer, yang memicu kekhawatiran jatuhnya ibu kota Ukraina.

Wakil Perdana Menteri Inggris, Dominic Raab, mengatakan akan melakukan apa saja guna mencegah "Fall of Kyiv". Pasukan Rusia kini dikabarkan berada 17 mil dari Kyiv, tetapi masih belum diketahui secara pasti seberapa cepat serangan militer akan dilakukan.

Secara teknikal, meski sukses menguat kemarin rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.

Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.

Indikator Stochastic pada grafik harian mulai bergerak turun setelah mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

idrGrafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Support terdekat berada di kisaran Rp 14.325/US$ hingga Rp 14.320/US$ yang merupakan MA 50 dan 200. Rupiah perlu menembus level tersebut untuk menguat lebih lanjut ke Rp 14.300/US$ hingga Rp 14.290/US$.

Sementara selama tertahan di atas support, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.360/US$ hingga Rp 14.480/US$. Jika level tersebut ditembus ada risiko pelemahan ke Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Ngeri! 3 Hari Melesat 3% ke Level Terkuat 3 Bulan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular