
Asing "Nyuntik" Lagi Rp 1,6 Triliun, Rupiah Libas Dolar AS!

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak menyurutkan niat investor asing mengalirkan modalnya ke Indonesia. Duit triliunan rupiah kembali masuk ke dalam negeri, membuat Mata Uang Garuda perkasa.
Melansir data Refinitiv, rupiah pada perdagangan Selasa (1/3) menguat 0,21% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.335/US$. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah tidak pernah masuk ke zona merah.
Dengan penguatan tersebut, rupiah menjadi mata uang terbaik ketiga di Asia. Hingga pukul 15:07 WIB, rupiah hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 0,4% dan rupee India sebesar 0,28%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Capital outflow ke dalam negeri dalam beberapa pekan terakhir yang mendongkrak kinerja rupiah.
Di pasar saham hari ini investor asing kembali melakukan aksi beli bersih (net buy) lebih dari Rp 1,6 triliun di pasar reguler, nego dan tunai.
Seolah tak peduli dengan perang antara Rusia dan Ukraina, investor asing terus memborong saham di dalam negeri.
Lazimnya, ketika sentimen pelaku pasar memburuk maka aset-aset berisiko akan dihindari.
Di pasar saham sepanjang pekan lalu investor asing tercatat melakukan aksi net buy Rp 4,11 triliun. Sementara dalam satu bulan net buy tercatat sebesar Rp 17,59 triliun
Sementara itu di pasar obligasi, capital inflow terlihat dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan. Sepanjang bulan lalu hingga 24 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, sekitar Rp 10,34 triliun.
Sehingga total capital inflow di pasar saham dan obligasi di bulan Februari menjadi nyaris Rp 28 triliun.
Kabar baik juga datang dari eksternal yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. China melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur bulan Februari yang masih menunjukkan ekspansi. Data dari pemerintah China menunjukkan PMI manufaktur sebesar 50,2, naik dari bulan sebelumnya 50,1 dan lebih baik dari prediksi para ekonom yang memperkirakan terjadinya kontraksi.
Sementara itu data yang dirilis oleh Markit/Caixin menunjukkan angka 50,4, kembali mengalami ekspansi setelah berkontraksi (49,1) di bulan Januari. Rilis tersebut juga lebih baik dari prediksi ekonomi yang memperkirakan tetap 49,1.
Ekspansi sektor manufaktur China tentunya menjadi kabar baik, permintaan komoditas tentunya masih terjaga yang dapat mempertahankan surplus perdagangan Indonesia, dan membantu transaksi berjalan.
HALAMAN SELANJUTNYA >>> Data Ekonomi Dalam Negeri Mendukung Kenaikan Rupiah
