"Disuntik" Asing Rp 28 Triliun, Rupiah Bisa Kuat Hari Ini?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Selasa, 01/03/2022 06:40 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah 0,28% melawan dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang pekan lalu. Tetapi sepanjang bulan Februari rupiah sebenarnya menunjukkan kinerja yang cukup bagus, bahkan saat perang terjadi antara Rusia dengan Ukraina. Di pertengahan bulan lalu rupiah bahkan sempat mencatat level penutuan terkuat di 2022 di Rp 14.255/US$.

Sayangnya dari level tersebut penguatan rupiah terus terpangkas, hingga mengakhiri bulan Februari di Rp 14.365/US$. Sepanjang bulan Februari rupiah tercatat menguat hanya 0,1% saja.

Memanasnya tensi Rusia dan Ukraina yang juga melibatkan Amerika Serikat dan Negara Barat menjadi pemicu koreksi rupiah, hingga akhirnya pecah perang pada Kamis pekan lalu.


Perkembangan perang tersebut dan sanksi ekonomi yang diberikan AS dan negara lainnya ke Rusia masih akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada perdagangan hari ini, Selasa (1/3).

Aliran modal yang besar masuk ke Indonesia pada pekan lalu jika berlanjut pada hari ini bisa menjadi penopang penguatan rupiah.

Di pasar saham sepanjang pekan lalu investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 4,11 triliun. Sementara dalam satu bulan net buy tercatat sebesar Rp 17,59 triliun

Sementara itu di pasar obligasi, capital inflow terlihat dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan. Sepanjang bulan lalu hingga 24 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, sekitar Rp 10,34 triliun.

Sehingga total capital inflow di pasar saham dan obligasi di bulan Februari menjadi nyaris Rp 28 triliun. 

Selain itu dari dalam negeri, IHS Markit akan melaporkan tingkat aktivitas sektor manufaktur Indonesia di bulan Februari. Di bulan Januari, manufaktur tercatat naik menjadi 53,7 dari bulan Desember 2021 53,5.

Semakin tinggi angkanya di atas 50 artinya ekspansi semakin besar, yang tentunya bagus bagi perekonomian.

Sektor industri pengolahan merupakan penyumbang produk domestik bruto (PDB) terbesar berdasarkan lapangan usaha, kontribusinya nyaris 20%.

Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi Februari 2022 pada 1 Maret 2022. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan terjadi deflasi 0,08% dibandingkan Januari 2022 (month-to-month/mtm). Jika terwujud, maka akan menjadi deflasi pertama sejak September 2021.

Sementara dibandingkan Februari 2021 (year-on-year/yoy), pasar memperkirakan laju inflasi sebesar 2,015%. Jika terjadi, maka melambat dibandingkan Januari 2022 di mana inflasi tahunan tercatat 2,18% yoy.

Kemudian inflasi inti secara tahunan pada Februari 2022 diperkirakan 1,91% yoy. Naik dibandingkan Januari 2022 yang sebesar 1,84% yoy.

Inflasi inti mencerminkan kenaikan harga barang-barang yang kurang volatil. Sehingga penurunan inflasi dan kenaikan inflasi inti bisa menjadi indikasi daya beli masyarakat yang membaik.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.

Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.480/US$, jika kembali ditembus ada risiko pelemahan ke Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$. Resisten selanjutnya berada di kisaran Rp 14.450/US$.

Sementara jika mampu bertahan di bawah Rp 14.380/US$, rupiah berpeluang menguat ke ke Rp 14.350/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawah rupiah menuju Rp 14.325/US$ hingga Rp 14.320/US$ yang merupakan MA 50 dan 200.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS