Kalau Gak Jet Lag, IHSG Bisa Pecah Rekor Lagi Nih Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 1,03% ke level 6.888,17 pada perdagangan terakhir pekan lalu Jumat (25/2/2022).
Setelah libur memperingati Isra' Mi'raj di awal pekan, hari ini pasar akan kembali buka dan perdagangan akan berlangsung seperti biasa.
Untuk melihat arah pergerakan bursa saham domestik hari ini, investor perlu mencermati berbagai sentimen yang berpotensi menggerakkan pasar.
Pertama masih terkait dengan konflik antara Rusia dengan Ukraina. Negara-negara barat sepakat untuk memberi sanksi baru kepada Rusia akibat tindakannya yang menginvasi Ukraina.
AS, Inggris dan negara Eropa lain setuju untuk mendepak Rusia dari keanggotaan jejaring informasi perbankan internasional SWIFT yang diperkirakan bakal membuat ekonomi Negeri Beruang Merah terpuruk.
Indeks saham kawasan Asia cenderung bergerak variatif kemarin menyambut kabar baik dimana Russia dan Ukraina sudah mulai duduk untuk berbicara mengenai konflik ini.
Dari dalam negeri, pekan pertama bulan Maret akan ditandai dengan berbagai rilis data ekonomi mulai dari PMI manufaktur, inflasi hingga data wisatawan mancanegara.
Angka PMI manufaktur Indonesia bulan Februari akan dirilis pada 1 Maret 2022. Trading Economics memperkirakan PMI manufaktur Indonesia berada di 52,9 atau turun 0,8 poin dari bulan Februari.
Meskipun mengalami penurunan, tetapi aktivitas manufaktur RI diperkirakan tetap ekspansif karena berada di atas ambang batas angka 50.
Perlambatan jika terjadi kemungkinan disebabkan oleh kenaikan kasus infeksi virus Covid-19 yang terjadi sejak awal tahun 2022.
Selanjutnya ada rilis inflasi yang juga ditunggu-tunggu. Negara-negara lain terutama negara maju sudah mengalami lonjakan inflasi yang signifikan.
Di dalam negeri, peningkatan inflasi sudah mulai terasa namun masih tetap terkendali di rentang sasaran Bank Indonesia (BI). Bank sentral nasional memperkirakan inflasi Februari naik 2,02% yoy.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Jika melihat posisi penutupan pekan lalu dan indikator BB, IHSG tampak gagal untuk menembus level resisten terdekat di 6.900.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
RSI cenderung bergerak naik yang mengindikasikan bahwa adanya penguatan momentum beli. Namun RSI masih berada di area 58,9 dan belum mencapai level jenuh beli.
Secara teknikal IHSG berpotensi untuk kembali naik menguji level support berikutnya di angka 6.900 apabila level ini sukses dijebol maka jalan IHSG untuk mencetak rekor tertinggi baru sangat terbuka dengan menembus angka 6.929.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)