
Sebagian Mata Uang Asia Jeblok, Untung Rupiah Libur!

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang utama Asia bergerak bervariasi melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (28/2). Rupiah pada hari ini tidak ikut "bertanding" sebab pasar finansial Indonesia libur Isra Miraj.
Melansir data dari Refinitiv, hingga pukul 15:18 WIB, Baht Thailand menjadi yang terburuk pada hari ini dengan merosot 0,68%. Kemudian ada rupee India dan won Korea Selatan yang masing-masing melemah 0,56% dan 0,48%.
Meski demikian, banyak juga mata uang Asia yang mampu menguat meski tipis di bawah 0,1%.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia.
Melihat pergerakan tersebut, seandainya rupiah juga diperdagangkan hari ini kemungkinan akan mengalami pelemahan tipis. Hal ini terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang sedikit lebih lemah ketimbang posisi akhir rupiah Jumat lalu.
Berikut kurs NDF pada pukul 15:20 WIB.
Periode | Kurs |
1 Pekan | Rp14.367,1 |
1 Bulan | Rp14.380,0 |
2 Bulan | Rp14.413,0 |
3 Bulan | Rp14.443,0 |
6 Bulan | Rp14.573,0 |
9 Bulan | Rp14.692,0 |
1 Tahun | Rp14.806,5 |
2 Tahun | Rp15.277,1 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot.
Tekanan bagi mata uang Asia masih datang dari perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya menjatuhkan sanksi ekonomi bagi Rusia yang membuat harga komoditas energi meroket.
Kenaikan tersebut dikhawatirkan bisa berdampak pada melesatnya inflasi, yang bisa mengganggu perekonomian global dan membuat sentimen pelaku pasar memburuk.
Tetapi yang menarik, meski sentimen pelaku pasar global memburuk, tetapi investor asing justru mengalirkan modalnya ke Indonesia yang membuat nilai tukar rupiah terjaga.
Dari pasar saham, sepanjang pekan lalu investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) Rp 4,11 triliun di pasar reguler, nego dan tunai. Sementara dalam satu bulan net buy tercatat sebesar Rp 17,59 triliun.
Sementara itu di pasar obligasi, berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 23 Februari aliran modal asing (capital inflow) masuk ke pasar obligasi cukup besar, sekitar Rp 11,6 triliun.
Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 23 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 7 triliun di pasar obligasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer