Rusia-Ukraina Masih Memanas, Yield SBN Ditutup Melemah

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
25 February 2022 18:36
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) ditutup menguat pada perdagangan Jumat (25/2/2022), karena investor terus memantau perkembangan seputar invasi Rusia ke Ukraina.

Mayoritas investor kembali ramai memburu obligasi pemerintah pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield). Hanya SBN bertenor satu dan 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan kenaikan yield dan pelemahan harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN bertenor satu tahun naik signifikan sebesar 74,6 basis poin (bp) ke level 3,072%, sedangkan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun juga naik 0,8 bp ke level 6,36%.

Sementara untuk yield SBN bertenor 10 tahun yang merupakan yield SBN acuan negara berbalik melemah 0,5 bp ke level 6,51%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor di pasar obligasi pemerintah RI kembali merespons negatif dari perkembangan seputar invasi Rusia ke Ukraina, di mana situasi di Ukraina makin mencekam.

Sejatinya, sentimen pasar cenderung membaik setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, tidak merespon invasi Rusia ke Ukraina dengan tindakan militer. Biden hanya memberikan sanksi ekonomi bagi Rusia, meski juga memperkuat pertahanan di Eropa dengan menambah jumlah pasukan NATO di Jerman.

Sementara itu Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan Rusia tidak akan merusak perekonomian dunia.

"Rusia masih merupakan bagian dari perekonomian dunia. Kami tidak akan membahayakan sistem perekonomian dunia selama kami menjadi bagian di dalamnya," kata Putin.

Namun sebelum AS mengonfirmasi bahwa pihaknya hanya akan memberikan sanksi ekonomi bukan militer kepada Rusia, eskalasi ketegangan di Ukraina masih terus berlangsung hingga Jumat pagi ini waktu setempat.

Kemarin, Rusia melakukan serangan ke Ukraina melalui jalur darat, udara, dan laut memicu ketakutan akan krisis kemanusiaan dan mengejutkan pasar finansial.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Ukraina, Dmytro Kuleba mengatakan bahwa ibu kota Kiev telah terkena serangan roket Rusia yang mengerikan pada Jumat pagi waktu setempat, di mana telah dilaporkan ledakan terdengar di seluruh kota. Krisis di Ukraina berubah drastis dan berita spesifik dari negara tersebut sulit untuk dikonfirmasi.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengatakan bahwa setidaknya ada 137 orang tewas dan 316 orang telah terluka selama invasi berlangsung. Zelenskyy, yang tetap berada di Kiev kemudian memperingatkan bahwa kelompok musuh yang ingin menyabotase akan memasuki ibu kota.

Menlu Kuleba pun juga marah dan meminta langkah-langkah internasional yang lebih keras untuk menghalangi Rusia, khususnya memblokir Moskow dari SWIFT (sebuah sistem pembayaran yang digunakan untuk menerima mata uang asing).

Hal ini membuat yield obligasi pemerintah AS (Treasury) cenderung kembali terkoreksi pada hari ini, setelah sebelumnya bertahan di level mendekati 2%.

Dilansir dari CNBC International, yield obligasi pemerintah AS (Treasury) bertenor 10 tahun cenderung turun 1,4 bp ke level 1,958%, dari sebelumnya pada penutupan perdagangan Kamis kemarin di level 1,972%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular