Komitmen ESG, Pertamina Kembangkan Green Hydrogen

Khoirul Anam, CNBC Indonesia
25 February 2022 18:40
Komitmen ESG dilakukan oleh BUMN energi dengan meneken nota kesepahaman.
Foto: Dok: Pertamina

Jakarta, CNBC Indonesia -PT Pertamina (Persero) mendukung program percepatan transisi energi dan mendukung target penurunan emisi sebesar 29% pada 2030. Dalam kerangka ini, Pertamina juga berkomitmen menjalankan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya. 

Adapun Pertamina mengembangkan green hydrogen dan green amonia atau green energy carrier untuk mendukung Klaster Industri Hijau. Pertamina melakukan sinergi BUMN dengan PT PLN (Persero) dan PT Pupuk Indonesia (Persero) mewujudkan Klaster Industri Hijau yang ramah lingkungan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pada Rabu (23/2/2022). 

VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo dalam KTT G20, anggota G20 dan pelaku bisnis harus menjadi katalisator pemulihan hijau. Di samping itu berjalan dengan prinsip energy security, energy accessibility, and energy affordability

"Pertamina mengidentifikasi ada 6 global trends yang akan berpengaruh pada bisnis energi, yaitu decarbonization, electrification, decentralization, digitalization, integration, dan customerization. Untuk mengantisipasinya, terdapat 4 inisiatif yang sedang dikembangkan oleh Pertamina Group,minimal untuk menjawab tantangan akan trend decarbonization, electrification, decentralization, dan integration," ujar Fajriyah dalam keterangan tertulis, Jumat (25/2/2022)

Inisiatif tersebut, lanjut dia, pengembangan EV Ecosystem, kerja sama pengisian dayadan penyediaan infrastruktur penggantian baterai kendaraan listrik antara Pertamina dan Gojek. Ini dilakukan melalui penyediaan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) yang diresmikan pada Selasa (22/2/2022). Kedua, pengembangan green hydrogen pilot project yang dijalankan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada Wilayah Kerja Ulubelu, Provinsi Lampung. 

Selanjutnya, pengembangan Blue hydrogen dari proses elektrolisis dengan sumber energi listrik hijau di Kilang Plaju dan Cilacap milik PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Kemudian, Pertamina juga melakukan kajian untuk low carbon hydrogen dan turunannya sebagai alternative fuels di industri maritim dengan pendanaan dari Asian Development Bank (ADB).

"Pengembangan energi hijau sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mengimplementasikan ESG secara terintegrasi di seluruh lini bisnis perusahaan untuk mendorong keberlanjutan bisnis di masa depan," imbuh Fajriyah

Dia menambahkan, komitmen Pertamina dalam penerapan ESG telah mendorong peningkatan rating ESG Pertamina secara global.Pertamina menerima ESG Risk Rating oleh Sustainalytics sebesar 28,1 dan dinilai berada pada risiko Medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor ESG. Risk Rating ini mengalami perbaikan signifikan dari sebelumnya mencapai 41,6 (Severe Risk) pada Februari 2021. 

Dengan skor ini Pertamina menempati posisi 15 dari 252 perusahaan di industri oil dan gas dan posisi 8 di sub industri integrated oil dan gas. Pertamina berada di cluster yang sama (Medium Risk) dengan perusahaan global seperti Repsol, ENI, PTT Thailand dan TotalEnergies. Posisi ini pun tercatat lebih baik dari BP, Exxondan Chevron

Sejalan dengan penerapan ESG, Pertamina melalui PNRE telah mengembangkan pembangkit low carbon sebesar 2,5 GW atau kapabilitas yang dapat dikontribusikan untuk Klaster Industri Hijau. 

"Pengembangan Klaster Industri Hijau di Indonesia akan menjadi milestone penting untuk membentuk ekosistem industri hijau yang lebih luas lagi di Indonesia. Hal ini juga sebagai komitmen Pertamina dalam meningkatkan ESG Rating secara global serta akselerasi transisi energi secara nasional," tutup Fajriyah.


(bul/bul)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BUMI Kembali Sabet Penghargaan Management BBB ESG

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular