
Siap-siap! Pertamina Geothermal Jadi IPO Tengah Tahun Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Sub Holding Power & Renewable Energy (RNE) Pertamina yang dioperasikan oleh PT Pertamina Power Indonesia (PPI) menyatakan, bahwa rencana Pertamina Geothermal Energy (PGE) untuk melantai dibursa saham atau Initial Public Offering (IPO) akan jalan pada Semester I-2022 ini.
Direktur Utama Pertamina Power Indonesia (PPI), Danif Danusaputro membenarkan bahwa rencana IPO PGE akan berjalan pada Semester I-2022 ini.
"Kita pakai Buku Desember, bank-nya sudah ada pilihan, ada tiga bank, nanti detilnya mungkin bisa dijelaskan, mudah-mudahan di semester pertama 2022 ini," ungkap Danif saat ditemui di Jakarta, Senin (21/2/2022).
Melalui IPO Pertamina Geothermal, Danif yakin pihaknya bisa menciptakan market sendiri khususnya di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) ini. Sebab, dari kacamata Danif, tidak banyak perusahaan yang berkecimpung di geothermal.
"Kalaupun ada valuasinya multiplenya tinggi, karena memang sesmua fun manager, asset manager itu mereka sudah diharuskan memiliki portfolio yang hijau (ESG), sekarang memang sudah ada policy. Nah itu yang kita melihat hahwa ini kesempatan kita untuk bisa menyiapkan market," kata Danif.
Adapun saat ini pihanya sedang mendiskusikan mengenai apakan ada standby buyer ketika Pertamina Geothermal sahamnya dilepas ke pasar.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyebutkan bahwa target dana yang terkumpul dari IPO ini bisa mencapai US$ 400 juta hingga US$ 500 juta atau sekitar Rp 7,15 triliun (asumsi kurs Rp 14.300 per US$).
Dia mengatakan, rencana IPO ini guna mengembangkan bisnis panas bumi, khususnya Pertamina dan Indonesia secara umum. Seperti diketahui, sumber daya panas bumi Indonesia merupakan terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat.
Hingga akhir 2020, Amerika Serikat menduduki peringkat nomor wahid untuk sumber daya panas bumi yakni mencapai 30.000 Mega Watt (MW). Sementara Indonesia memiliki sumber daya panas bumi 23.965 MW.
Namun sayangnya, pemanfaatan panas bumi yang dikelola menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Indonesia baru sebesar 2.130,7 Mega Watt (MW) hingga akhir 2020 atau baru sebesar 8,9% dari total sumber daya panas bumi yang ada di Tanah Air.
"Menurut kami geothermal punya potensi untuk dikembangkan. Salah satu caranya yaitu ingin meng-IPO-kan PGE ini agar dana yang terkumpul bisa buat pengembangan geothermal," ucapnya, dikutip Kamis (13/01/2022).
"Insya Allah, IPO PGE ini ditargetkan bisa di semester I 2022, targetnya bisa diregistrasi di Maret, lalu IPO-nya di bulan Juni 2022 mungkin," tuturnya.
Lantas, bagaimana rencana bisnis PGE ke depannya? Apakah rencana IPO ini sejalan dengan bisnis perusahaan ke depannya?
Corporate Secretary PGE Muhammad Baron mengatakan, perusahaan akan fokus pada pengembangan bisnis dan optimalisasi potensi panas bumi sebagai sumber energi hijau di Indonesia.
"PGE fokus terhadap perkembangan bisnis dan optimalisasi potensi panas bumi sebagai sumber energi hijau di Indonesia dan melakukan kajian atas sumber pendanaan untuk pengembangannya," tuturnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Jumat (14/01/2022).
Berdasarkan data PGE, kapasitas terpasang PLTP PGE saat ini mencapai 1.877 Mega Watt (MW), terdiri dari yang dikelola bersama dengan perusahaan lain (Joint Operation Contract/ JOC) sebesar 1.205 MW dan 672 MW yang dikelola sendiri oleh PGE. Perusahaan kini mengelola 15 Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).
Pada 2030, berdasarkan rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP), PGE menargetkan kapasitas terpasang PLTP yang dikelola sendiri oleh PGE naik sekitar 920 MW menjadi 1.540 MW dari saat ini 620 MW. Bila digabung dengan JOC, maka artinya total kapasitas terpasang PLTP pada 2030 menjadi 2.745 MW.
Saat ini total kapasitas PLTP di bawah naungan PGE yang mencapai 1.877 MW masih mendominasi pengelolaan PLTP di Indonesia atau mencapai 88% dari total kapasitas terpasang PLTP di Tanah Air.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan tambahan kapasitas PLTP di Indonesia sekitar 3.300 MW hingga 2030 atau naik menjadi sekitar 5.400-an MW di 2030. Dari tambahan 3.300 MW PLTP hingga 2030 tersebut, PGE menyumbang sekitar 920 MW, maka artinya PGE berkontribusi sekitar 28% dari tambahan proyek PLTP hingga 2030.
Pada 2020 PGE merupakan produsen terbesar ketiga panas bumi di Asia. Pada 2025 mendatang, perusahaan menargetkan bisa menjadi perusahaan panas bumi terbesar ketiga di dunia, dan pada 2030 bisa menjadi perusahaan energi hijau kelas dunia alias "World Class Green Energy Company".
Untuk mencapai target tersebut, perusahaan akan terus meningkatkan kapasitas terpasang PLTP. Dari 672 MW PLTP yang dikelola sendiri oleh PGE saat ini, perusahaan menargetkan bisa naik menjadi 975 MW pada 2025, dan kemudian naik lagi menjadi 1.540 MW pada 2030.
Selain akan memanfaatkan panas bumi sebagai sumber energi pembangkit listrik, perusahaan juga akan mendiversifikasikan usahanya "beyond energy", seperti pengembangan hidorgen, agrobisnis, pariwisata geothermal atau "geothermal tourism", ekstraksi silika, pengembangan CO2 methanol di mana akan berperan mengurangi emisi karbon dioksida, dan lainnya.
(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article PGEO Anggarkan Capex Rp3,75 T Tahun Ini, Buat Apa Saja?
