Wall Street Bikin Takjub! Rupiah Siap "Invasi" Balik Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Jumat, 25/02/2022 06:25 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang akhirnya benar terjadi di Eropa Timur sejak Kamis kemarin. Rupiah yang sebelumnya cukup kuat langsung masuk ke zona merah. Meski demikian, pelemahan rupiah yang sebesar 0,31% ke Rp 14.380/US$ masih terbilang bagus ketimbang mata uang utama Asia lainnya yang merosot lebih dalam.

Rusia kemarin akhirnya menginvasi Ukraina yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan memberikan tekanan ke rupiah. Namun, pada perdagangan hari ini, Jumat (25/2) rupiah berpeluang bangkit melihat sentimen investor yang mulai membaik. Hal ini terlihat dari pergerakan menakjubkan bursa saham AS (wall Street) 

Namun, pada perdagangan hari ini, Jumat (25/2) rupiah berpeluang bangkit melihat sentimen investor yang mulai membaik. Hal ini terlihat dari pergerakan menakjubkan bursa saham AS (wall Street).


Indeks Dow Jones yang sebelumnya jeblok 859 poin mampu berbalik menguat 92,07 poin atau 0,28%. S&P 500 di awal perdagangan Kamis waktu setempat merosot 2,6% sebelum berbalik menguat 1,5%. Nasdaq yang paling impresif, mampu melesat 3,3% setelah sebelumnya anjlok 3,5%.

Selain itu indeks volatilitas (VIX) yang menjadi indikator ketakutan pelaku pasar juga berbalik turun 2,26% ke 30,32 pada perdagangan Kamis kemarin. Di awal sesi, indeks ini sempat meroket setelah meroket nyaris 22% ke 37,79.

Membaiknya sentimen pelaku pasar terjadi setelah Presiden AS, Joe Biden, tidak merespon invasi Rusia ke Ukraina dengan tindakan militer. Biden hanya memberikan sanksi ekonomi bagi Rusia, meski juga memperkuat pertahanan di Eropa dengan menambah jumlah pasukan NATO di Jerman.

Sementara itu Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia tidak akan merusak perekonomian dunia.

"Rusia masih merupakan bagian dari perekonomian dunia. Kami tidak akan membahayakan sistem perekonomian dunia selama kami menjadi bagian di dalamnya," kata Putin.

Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR masih berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.

Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.

Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Grafik: Rupiah (USD/IDR Harian
Foto: Refinitiv

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Rupiah kini berada di resisten Rp 14.480/US$, jika tertahan di atasnya ada risiko pelemahan ke Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$. Resisten selanjutnya berada di kisaran Rp 14.450/US$.

Sementara jika mampu bertahan di bawah Rp 14.380/US$, rupiah berpeluang menguat ke ke Rp 14.350/US$. Penembusan ke bawah level tersebut akan membawah rupiah menuju Rp 14.325/US$ hingga Rp 14.320/US$ yang merupakan MA 50 dan 200.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS