Bukan Hanya Pangan, Krisis Ini Juga Bakal Mengintai!

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
24 February 2022 14:45
Ilustrasi PLTU Batu bara
Foto: Ilustrasi (Photo by Pixabay from Pexels)

Batu Bara

Harga batu bara berpotensi ikut terkerek mengikuti harga minyak dan gas. Namun, peran penting Rusia di rantai pasokan batu bara dunia juga jadi faktor pendorong harga batu bara.

Rusia merupakan eksportir terbesar nomor tiga dunia setelah Indonesia dan Australia. Pada tahun 2019, ekspor Rusia mencapai 217 juta ton. Jika pasokan dari Rusia berhenti akibat perang, dunia akan kehilangan 17,8% pasokannya.

Hal ini akan mengguncang negara-negara konsumen batu bara terbesar di dunia, yaitu Asia.

Asal tahu saja, Asia adalah konsumen terbesar batu bara dunia dengan porsi 80% dari total konsumsi dunia.

Pelanggan Rusia pun tak main-main karena berasal dari negara 'pecandu' batu bara seperti China, Jepang, Korea Selatan, dan India.

Rusia merupakan pemasok batubara nomor dua China, konsumen batu bara terbesar di dunia, pada tahun 2021. China mengimpor 15,25 juta ton atau 4,72% dari total impor batu bara dari Rusia pada tahun 2021, menurut data bea cukai.

Kemudian, Rusia adalah pemasok batubara termal terbesar kedua di Jepang. Pada tahun 2021 Rusia menyumbang 12,48% menurut data bea cukai Jepang. Jepang sendiri merupakan konsumen batu bara terbesar nomor 4 dunia

Rusia pemasok batu bara terbesar kedua ke Korea Selatan pada tahun 2021 setelah Australia, mengirimkan 21,95 juta ton senilai sekitar $2,56 miliar dan menyumbang 17,5% dari total impor batu bara Korea Selatan, data menunjukkan.

India sebagai konsumen batubara dunia terbesar nomor dua pun mengimpor batu bara dari Rusia. Porsinya mencapai 1,3% dari total impor batu bara nasional.

Ketika pasokan kemudian menjadi langka, maka harga batu bara dunia puna akan meroket. Apalagi tahun ini diperkirakan akan menjadi puncak konsumsi batu bara.

Badaan energi Internasional (IEA) memprediksi konsumsi batu bara dunia pada tahun 2022 akan mencapai puncak seperti tahun 2013 yaitu sebesar 8 miliar ton.

Krisis energi bisa seperti pada akhir tahun 2020 silam atau bahkan lebih buruk.

(ras)
[Gambas:Video CNBC]


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular