Perang Rusia Vs Ukraina, Dolar AS Diramal Tak Sampai Rp15.000

Lidya Julita Sembiring, CNBC Indonesia
24 February 2022 12:35
Invasi Rusia ke Ukraina (CNBC Indonesia TV)
Foto: Invasi Rusia ke Ukraina (CNBC Indonesia TV)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan antara Rusia dan Ukraina terus berlanjut. Pemerintah Indonesia menyebutkan bahwa tensi yang makin memanas antar kedua negara tersebut menjadi salah satu risiko bagi perekonomian.

Salah satunya adalah risiko ke pasar keuangan terutama nilai tukar rupiah. Meski demikian, dampak ketegangan antar keduanya dinilai tidak akan besar ke rupiah, justru lebih memberikan kinerja positif.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebutkan, rupiah akan terdepresiasi amat dalam. Level yang diperkirakan adalah Rp 14.300-14.500 per dolar Amerika Serikat (AS).

"Kalau saya melihat Rupiah masih mampu bertahan di kisaran Rp 14.300-Rp 14.500 per US$. Saya rasa Rupiah tidak akan bergerak ke atas Rp 15.000 per US$," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Ada beberapa faktor yang membuat Rupiah akan tetap stabil. Pertama, karena ekspor Indonesia yang berasal dari sektor energi dan komoditas seperti batu bara, karet dan CPO. Dimana ini harganya diprediksi akan kembali naik.

Kedua, proporsi kepemilikan asing di instrumen keuangan Indonesia sudah sangat rendah. Sehingga jika investor keluar tidak akan berdampak begitu besar.

"Jadi dampak outflow tidak akan signifikan," jelasnya.

Hal yang sama diungkapkan oleh Ekonom BCA David Sumual. Ia melihat bahwa rupiah akan tetap pada jalurnya, tidak akan terdepresiasi seperti awal terjadi pandemi Covid-19.

"Rupiah akan positif, karena terjadi surplus harga komoditas yang terus membaik," kata dia.

Lanjut David, untuk kondisi antar kedua negara ini tidak memberikan dampak signifikan sebab memang rupiah juga sudah membaik dan terus konsisten stabil selama pandemi ini. Maka, kinerja positif ini akan terus berlanjut ke depannya.

"Rupiah nggak banyak naik tapi stabil di 2 tahun terakhir. Ke depan bisa menguat ke arah Rp 14.000. Apalagi ini tahun pemulihan dan impor juga meningkat," pungkasnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sebagian Mata Uang Asia Jeblok, Untung Rupiah Libur!

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular