Balik Badan, Bursa Asia Abaikan Perang Dunia III kecuali STI

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Rabu, 23/02/2022 16:45 WIB
Foto: REUTERS/Stringer

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan Rabu (23/2/2022), meski tensi konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina masih memanas hingga hari ini.

Indeks Hang Seng (Hong Kong) ditutup menguat 0,6% ke level 23.660,279, Shanghai Composite (China) melonjak 0,93% ke 3.489,15, KOSPI (Korea Selatan) terapresiasi 0,47% ke 2,719.53, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir melesat 0,85% ke posisi 6.920,056.

Sedangkan indeks Straits Times (Singapura) ditutup melemah 0,2% ke level 3.393,77 pada perdagangan hari ini.


Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Ulang Tahun Kaisar.

Indeks Shanghai memimpin penguatan bursa Asia pada hari ini karena ditopang oleh pulihnya saham-saham teknologi dan energi.

Sub-indeks CSI All Share Semiconductor melonjak 6%, indeks STAR50 yang berfokus pada teknologi Shanghai melonjak 4%, dan sub-indeks teknologi informasi CSI melesat 3,5%.

Adapun sub-indeks New Energy melesat 3,5%, dengan saham Contemporary Amperex Technology melonjak 3%.

Melesatnya saham-saham teknologi dan energi China terjadi karena didorong oleh aksi borong investor asing di saham tersebut pada hari ini.

Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa China tidak pernah berpikir untuk menerapkan sanksi untuk menyelesaikan masalah negara-negara yang sedang berkonflik.

"China tidak pernah berpikir sanksi adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah konflik suatu negara," kata Kementerian Luar Negeri China, dikutip dari CNBC International.

Di lain sisi, sebagian besar investor di Asia pada hari ini cenderung mengabaikan sejenak dari konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Meski begitu, mereka tetap memantau perkembangannya, di mana jika konflik makin memburuk, maka mereka harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.

Pada Selasa kemarin, Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden memberikan sanksi kepada dua bank Rusia yakni bank VEB dan bank militer Rusia (PSB). Institusi finansial di AS tidak diizinkan untuk memproses transaksi ke dua bank tersebut.

Sanksi juga diberlakukan ke obligasi yang membuat Rusia tidak bisa lagi menjualnya ke Negara Barat. Beberapa individu Rusia juga diberikan sanksi oleh Biden.

Hal ini dilakukan setelah Rusia mengirim pasukannya ke wilayah Donestk dan Luhansk yang sebelumnya diakui kemerderdekaannya dari Ukraina oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.

"Ini adalah awal dari invasi Rusia ke Ukraina, Putin mengindikasikan hal tersebut dan meminta izin Duma (parlemen) untuk melakukannya. Jadi saya mulai memberikan sanksi," kata Biden sebagaimana diwartakan CNBC International.

Tak hanya di AS, Inggris pun juga menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap lima bank asal Rusia. Perdana Menteri (PM) Inggris, Boris Johnson akan memberikan sanksi kepada Rossiya Bank, IS Bank, General Bank, Promsvyazbank dan Black Sea Bank.

Selain lima bank Rusia, Johnson juga akan memberikan sanksi kepada tiga individu Rusia dengan kekayaan bersih yang sangat tinggi, seperti Gennady Timchenko, Boris Rotenberg, dan Igor Rotenberg.

"Kami akan membekukan aset mereka di Inggris dan mereka juga dilarang bepergian ke negara itu," kata Johnson, dilansir dari CNBC International.

"Semua individu dan entitas Inggris juga akan dilarang berhubungan dengan mereka," tambah Johnson.

Konflik Rusia-Ukraina yang masih belum mereda membuat bursa saham AS, Wall Street kembali ambles pada perdagangan Selasa kemarin.

Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,42%, S&P 500 merosot 1,02%, dan Nasdaq Composite ambrol 1,23%.

Namun pada hari ini, bursa saham Negeri Paman Sam berpotensi berbalik arah (rebound) ke zona hijau mengikuti pergerakan bursa Asia dan Eropa yang menghijau. Ini terlihat dari menguatnya kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones pada sore hari ini.

Meski cenderung positif, investor di AS masih terus memantau perkembangan terkait kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), di mana The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga beberapa kali mulai bulan depan.

Trader pun bertaruh bahwa ada peluang 100% kenaikan suku bunga The Fed setelah pertemuan 15-16 Maret, dengan ekspektasi miring ke arah pergerakan 0,25 poin persentase, menurut alat FedWatch CME Group.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Iran Dibombardir Israel, Bursa Asia & IHSG "Kebakaran"