Waspada! Dolar AS Bersiap "Invasi" Rupiah!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
Rabu, 23/02/2022 07:10 WIB
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Eskalasi tensi geopolitik membuat rupiah kembali melemah 0,25% melawan dolar Amerika Serikat (AS) ke Rp 14.361/US$ pada perdagangan Selasa kemarin. Padahal di awal perdagangan rupiah sempat menguat ditopang aliran modal yang masuk ke dalam negeri, serta dinamika ekspektasi kenaikan suku bunga di AS.

Tekanan bagi rupiah masih akan besar pada perdagangan Rabu (23/2), sebab tensi antara Rusia dengan Ukraina dan Amerika Serikat semakin panas.

Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Senin malam waktu setempat mengumumkan mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina, yakni Donestk dan Luhansk.


"Saya menganggap perlu untuk membuat keputusan yang seharusnya sudah dibuat sejak lama untuk mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donestsk dan Republik Rakyat Luhansk," kata Putin sebagaimana diwartakan CNBC International.

Putin juga mengerahkan pasukannya ke wilayah tersebut untuk "menjaga perdamaian".

Akibat langkah tersebut, Presiden AS, Joe Biden, mengatakan Rusia sudah memulai "invasi" sehingga ia memberikan sanski ke bank VEB dan bank militer Rusia (PSB). Institusi finansial di AS tidak diizinkan untuk memproses transaksi ke dua bank tersebut.

Sanksi begitu juga diberlakukan ke obligasi yang membuat Rusia tidak bisa lagi menjualnya ke Negara Barat. Beberapa individu Rusia juga diberikan sanksi oleh Biden.

Eskalasi tensi tersebut membuat dolar AS yang menyandang status safe haven kembali menjadi pilihan investasi ketimbang rupiah yang merupakan aset emerging market.

Secara teknikal, Rupiah kini kembali berada di atas rerata pergerakan 50 hari (Moving Average 50/MA 50) dan MA 200, sehingga kembali menghidupkan pola Golden Cross.
Golden Cross merupakan perpotongan antara rerata MA 50, dengan MA 200 dari bawah ke atas. MA 50 sebelumnya juga sudah memotong MA 100.

Golden Cross bisa menjadi sinyal berlanjutnya kenaikan USD/IDR yang berarti pelemahan rupiah. Dengan kata lain, Golden Cross yang muncul merupakan Death Cross (palang kematian) bagi rupiah. Artinya jika tertahan di atas MA 200 maka rupiah ke depannya berisiko melemah.

Grafik: Rupiah (USD/IDR) Harian
Foto: Refinitiv

Indikator Stochastic pada grafik harian bergerak naik tetapi belum mencapai wilayah jenuh beli (overbought).

Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Artinya, ketika Stochastic belum mencapai wilayah overbought maka belum ada sinyal pembalikan arah alias penguatan rupiah.

Resisten terdekat berada di kisaran Rp 14.380/US$, jika ditembus rupiah berisiko melemah ke Rp 14.400/US$ hingga Rp 14.410/US$.

Sementara jika mampu bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang menguat ke Rp 14.340/US$. Support selanjutnya berada di kisaran Rp 14.325/US$ hingga Rp 14.320/US$ yang merupakan MA 50 dan 200.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS