
Dolar Singapura Bergerak Liar Lawan Rupiah, Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura berfluktuasi melawan rupiah pada perdagangan Selasa (22/2) pagi. Aliran modal asing yang deras masuk ke dalam negeri membuat rupiah perkasa, tetapi eskalasi tensi geopolitik di Eropa Timur membuat dolar Singapura lebih diuntungkan.
Melansir data Refinitiv, dolar Singapura pagi ini sempat turun 0,22% sebelum berbalik menguat 0,11% ke Rp 10.652/SG$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan ini hingga 18 Februari aliran modal asing masuk ke pasar obligasi cukup besar, hampir Rp 14,5 triliun.
Capital inflow tersebut sekaligus membalikkan outflow sekitar Rp 4 triliun yang terjadi pada bulan Januari lalu. Dengan demikian sepanjang tahun ini (year-to-date) hingga 18 Februari lalu terjadi inflow lebih dari Rp 10 triliun di pasar obligasi.
Hal yang sama juga terjadi di pasar saham. Data menunjukkan sepanjang tahun ini investor asing melakukan beli bersih (net buy) sekitar Rp 20 triliun, dengan setengahnya terjadi dalam dua pekan terakhir.
Derasnya aliran modal tersebut mendongkrak kinerja rupiah, tetapi sayangnya eskalasi tensi geopolitik membuanya berbalik arah.
Presiden Rusia, Valdimir Putin pada Senin malam waktu setempat mengumumkan mengakui kemerdekaan dua wilayah yang memisahkan diri dari Ukraina, yakni Donestk dan Luhansk.
"Saya menganggap perlu untuk membuat keputusan yang seharusnya sudah dibuat sejak lama untuk mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Republik Rakyat Donestsk dan Republik Rakyat Luhansk," kata Putin sebagaimana diwartakan CNBC International.
Putin juga mengerahkan pasukannya ke wilayah tersebut untuk "menjaga perdamaian".
Sementara itu Amerika Serikat (AS) langsung menanggapi langkah Putin tersebut. Jen Paski salah satu perjabat di Gedung Putih mengatakan Presiden AS, Joe Biden, akan menandatangani perintah eksekutif yang melarang investasi, perdagangan dan pembiayaan oleh warga AS atau sebaliknya dari wilayah Donetsk dan Luhansk.
Sanksi yang diberikan tersebut tentunya bisa memanaskan hubungan AS dengan Rusia, belum lagi negara-negara Eropa yang kemungkinan akan mengambil langkah serupa.
Hal ini bisa membuat tensi geopolitik masih tereskalasi yang membuat sentimen pelaku pasar memburuk dan rupiah tertekan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Rupiah Menguat 4 Pekan Beruntun, Terbaik di Asia
