Naik 4 Hari Beruntun, Dolar Australia Bersiap "Terbang"?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 February 2022 15:35
Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi dolar Australia (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia menguat 4 hari beruntun melawan rupiah pada perdagangan Jumat (18/2). Mata Uang Negeri Kanguru ini juga punya potensi terbang tinggi sebab dikatakan sangat undervalue.

Pada pukul 14:17 WIB, AU$ 1 berada di kisaran Rp 10.326, dolar Australia menguat 0,43% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Beberapa ekonom melihat dolar Australia saat ini masih sangat undervalue melawan dolar Amerika Serikat (AS). Analis dari Commonwealth Bank of Australia (CBA), Kim Mundy melihat berdasarkan kalkulasi dari indeks harga komoditas bank sentral Australia dan perbedaan suku bunga relatif di Australia dan Amerika Serikat.

"Estimasi kami fair value dolar Australia berada di kisaran US$ 0,86 (86 sen AS)," kata Mundy sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (4/2).

Saat ini dolar Australia berada di kisaran US$ 0,71, dengan demikian seharusnya bisa menguat sekitar 20% lagi untuk mencapai fair value. CBA sendiri memprediksi dolar Australia akan berada di kisaran US$ 0,80 (80 sen) di akhir tahun ini.

Ketika dolar Australia menguat melawan dolar AS, tentunya nilainya juga akan terkerek berhadapan dengan rupiah.

Tanda-tanda penguatan dolar Australia semakin kuat setelah bank sentralnya Reserve Bank of Australia/RBA) mengubah sikapnya terkait suku bunga.

Gubernur RBA, Philip Lowe, sebelumnya selalu menegaskan suku bunga tidak akan naik setidaknya hingga akhir 2023, sampai inflasi mencapai target. Tetapi nyatanya inflasi justru sudah mencapai target RBA di kuartal IV-2021 lalu.

Pada Selasa (25/1) Biro Statistik Australia melaporkan inflasi di kuartal IV-2021 tumbuh 1,3% dari kuartal sebelumnya. Sehingga inflasi selama setahun penuh menjadi 3,5% di 2021.

Kemudian inflasi inti tumbuh 1% di kuartal IV-2021 dari kuartal sebelumnya. Sepanjang 2021, inflasi inti tumbuh sebesar 2,6% yang merupakan level tertinggi sejak 2014. Kenaikan inflasi inti tersebut lebih tinggi dari ekspektasi ekonomi sebesar 2,3%, dan mencapai target RBA sebesar 2% sampai 3%.

Akhirnya, dalam pengumuman kebijakan moneter di bulan Februari RBA membuka peluang kenaikan suku bunga di tahun ini, yang membuka ruang penguatan dolar Australia.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tahun Lalu Jeblok 4%, Dolar Australia Turun Lagi di Awal 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular