Akhir Pekan, Rupiah Kurang Bertenaga!
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (18/2/2022), di mana rupiah telah melemah selama dua hari beruntun.
Melansir data dari Refinitiv, rupiah membuka perdagangan dengan stagnan di Rp 14.340/US$. Namun, Mata Uang Garuda bergerak melemah 0,17% ke Rp 14.340/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Pergerakan dolar AS memang sedang di atas angin dan berhasil menguat di pasar spot hari ini. Dolar AS menguat 0,03% di US$ 95,824.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mengumumkan surplus transaksi pada kuartal IV-2021 mencapai US$1,4 miliar atau 0,4% Produk Domestik Bruto (PDB) yang dipicu oleh surplus neraca perdagangan. Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, surplus neraca perdagangan diperkuat oleh kinerja ekspor komoditas dikarenakan tingginya permintaan global seperti batu bara.
Sementara itu, Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal IV-2021 baik, sehingga menopang ketahanan eksternal. Secara keseluruhan di tahun 2021, NPI mencatat surplus senilai US$ 13,5 miliar.
Namun, banyaknya sentimen positif di dalam negeri tampaknya tidak dapat menopang kurs rupiah terhadap dolar AS hari ini. Pada Rabu (16/2/2022) telah dirilis risalah rapat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memberikan sinyal bahwa bank yang dipimpin oleh Jerome Powell tersebut akan agresif dalam menaikkan suku bunga acuannya dan membuat tekanan besar terhadap Mata Uang Garuda ini.
Kemarin, Presiden Fed St.Louis James Bullard mengingatkan bahwa inflasi AS bisa menjadi masalah yang serius jika The Fed tidak cepat menaikkan suku bunganya. Diketahui, inflasi AS saat ini menyentuh 7,5%, James Bullard mengharapkan adanya kenaikan suku bunga dengan persentase penuh di Juli.
Sisi lainnya, tensi geopolitik Rusia-Ukraina masih menghantui dunia. Hal tersebut dapat berdampak buruk pula ke kurs rupiah, karena investor memilih aset berisiko rendah seperti safe haven. Mata uang Yen Jepang, dolar franc Swiss, dan dolar AS kerap dianggap sebagai tempat berlindung yang aman. Greenback, sebutan lain bagi dolar AS, lumrah dijadikan sasaran investasi ketika terjadi gejolak ekonomi eksternal dan internal. Bahkan dolar AS dijuluki mata uang internasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)