
G20 Bahas Mata Uang Digital, Bakal Segera Diakui Dunia?

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan pandemi Covid-19 telah membuat masyarakat mulai beradaptasi dengan pembayaran digital.
Perry menjelaskan telah mengesahkan Dewan Stabilitas Keuangan atau The Financial Stability Board (FSB) pada Presidensi G20 di bawah Pemerintahan Arab Saudi.
Presidensi G20 2020, kata Perry telah mengesahkan peta jalan FSB untuk meningkatkan pembayaran lintas batas. Tahap awal implementasi peta jalan tersebut, kata Perry sedang dilakukan dan pada Presidensi G20 2022 kali ini harus ditingkatkan.
Adapun, agenda sistem pembayaran di era digital akan berada fokus pada dua topik utama yakni pembayaran lintas batas dan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau uang digital.
Pembahasan lebih lanjut pembayaran di era digital dan CBDC pada Presidensi G20 2022 diharapkan dapat mendorong pembayaran lintas batas yang lebih murah, lebih cepat, transparan, dan mudah diakses.
"Serta bagaimana G20 dapat menjalin kerjasama yang lebih kuat untuk lebih memahami implikasi CBDC terhadap sistem moneter internasional, termasuk pada spillover dan aliran modal," jelas Perry dalam 1st Finance Ministers and Central Bank Governors/FMCBG Meetings pada perhelatan Presidensi G20 di Jakarta, Kamis (17/2/2022).
Seperti diketahui, roadmap yang disampaikan FSB mencakup empat bidang yaitu data, pengungkapan, analisis kerentanan, serta perangkat peraturan dan pengawasan.
Di Indonesia sendiri CBDC atau dikenal sebagai rupiah digital saat ini masih dikembangkan oleh Bank Indonesia (BI). Keuntungan adanya rupiah digital ini, dalam kali kesempatan, Perry mengungkapkan akan meningkatkan efisiensi dari ekonomi.
Sehingga BI akan mengeluarkan digital rupiah dan akan diedarkan melalui teknologi platform blockchain sehingga betul-betul efisien dalam distribusi rupiah digital.
"Demikian juga dalam transaksi di pasar uang itu akan efisien dan Rp 0 transaction cost karena tersambung dalam sistem digital currency sesuai distributed ledger technology dalam konteks wholesale rupiah," ujar Perry dalam konferensi pers digital di Jakarta, Kamis (19/8/2021).
"Tentu saja nantinya bagi masyarakat untuk retailernya bisa ke ritel sehingga cost of transaction akan lebih rendah dan speed of transaction Ini akan didukung BI Fast dan Snap yang juga meningkatkan efisiensi ekosistem juga peningkatan QRIS yang terus diperluas."
Perry Warjiyo menambahkan efisiensi yang ditimbulkan oleh CDBC akan meningkatkan perputaran ekonomi dan ujungnya pada pertumbuhan ekonomi. Bisa juga meningkatkan inklusi keuangan.
"Namun ada risiko teknologi, cyber security dan itu yang akan kami pertimbangkan," terang Perry.
(cap/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pemerintah Tambah Utang, Cadangan Devisa Naik Jadi US$156,1 M